Tata kelola pemerintahan yang baik adalah salah satu unsur terpenting kesuksesan sebuah negara. Bahkan, manajemen publik ini dianggap menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kemampuan suatu negara mengatasi berbagai masalah seperti finansial dan daya saing negara tersebut di dunia internasional. Menyambut Dies Natalis UNY ke-51 dan Dies Natalis Fakultas Ekonomi (FE) UNY ke-4, FE UNY mengadakan seminar internasional bertemakan “Enhancing Economic Growth through Clean Governance and Human Resource Management” pada Rabu (22/4/2015).
Ketua Panitia Penyelenggara, Dr. Ratna Candra Sari mengatakan dalam laporannya, kegiatan ini diadakan untuk membahas isu-isu penting di bidang tata kelola pemerintahan (good governance), baik di sektor publik dan swasta. “Selain itu, seminar ini juga membahas sejauh mana efek good governance terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara dan seberapa penting manajemen SDM dalam mendukung good governance dan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut,” ujarnya.
Seminar ini menghadirkan pembicara penting dari dunia akademisi dan praktisi seperti Prof. Khondaker M. Rahman, Ph.D. dari School of Business Nanzan University, Nagoya, Jepang dan Komisaris Utama PT Pertamina Dr. Sugiharto. Selain itu, Prof. Hawjeng Chiou dari National Taiwan Normal University dan Mahfud Sholihin, Ph.D. dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM turut mempresentasikan kajian masing-masing. Seminar dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV, Prof. Suwarsih Madya, Ph.D., serta dihadiri pejabat dekanat dari segenap lingkungan UNY. Bertindak selaku moderator seminar adalah Denies Priantinah, M.Si. Akt.
Di hadapan lebih dari 150 peserta dari kalangan mahasiswa nasional dan internasional, guru, serta umum, Prof. Suwarsih Madya menjelaskan dukungannya terhadap tema yang diusung dalam seminar ini. “Dewasa ini, isu goodgovernance memang menjadi tema yang penting di Indonesia, terutama di era pemerintahan yang baru ini. Selain itu, sumber daya manusia juga memang perlu dikembangkan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi bidang manajemen SDM. Semoga para mahasiswa, guru, dan segenap hadirin yang hadir bisa menyerap nilai-nilai yang penting untuk diimplementasikan dalam berkarya dan membantu ekonomi Indonesia lebih tumbuh berkembang,” pesannya.
Senada dengannya, Sugiharto menjelaskan bahwa PT Pertamina selama ini semakin berkembang sebagai sebuah perusahaan energi nasional berkelas dunia. “Selama 2014, Pertamina konsisten untuk menerapkan strategi menjadi sebuah ‘world-class national energy company’ dengan strategi yang agresif ke atas, dan menguntungkan ke bawah, ‘aggresive upstream, profitable downstream’”, terangnya. “Meskipun pemimpin negara terus berganti, Pertaminatetap berusaha setia dengan komitmennya menyediakan BBM bersubsidi di seluruh Indonesia, dengan harga yang tidak jauh berbeda,” tambahnya.
“Dengan Keputusan Menteri BUMN Thn 2002 No. 117/M-MBU/2002, PT Pertamina berusaha menjalankan suatu corporate governance yang baik dan benar. Sejak 2009, Pertamina mulai melaksanakan tahapan roadmap Good Corporate Governance (GCG) yang dimulai dengan fase Compliance, Conformance, Performance, Sustainability yang ditargetkan tercapai pada 2015. GCG Pertamina menerapkan prinsip-prinsip Transparency, Responsibility, Accountability, Independence, dan Fairness. Catatan implementasi GCG Pertamina juga terus mengalami kenaikan, sejak 2010 dengan 86,79, lalu menjadi 95,53 pada 2013 yang merupakan nilai tertinggi bagi BUMN maupun perusahaan besar di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Hawjeng Chiou menceritakan perkembangan yang terjadi di Taiwan selama ini. Dengan tingkat kelahiran yang rendah bahkan cenderung menurun, Taiwan mengalami kesulitan dalam memenuhi jumlah SDM yang berkualitas. “Pada tahun 2000, tingkat kelahiran sebesar 1,76 saja. Sedangkan pada 2012 kemarin semakin turun sampai angka 1,1. Meskipun bukan terendah di dunia, tetapi ini mengkhawatirkan. Di sisi lain, lulusan sarjana di Taiwan hanya bisa mendapatkan gaji perdana sebesar US$ 700, lebih sedikit daripada yang bisa didapatkan 14 tahun lalu. Akibatnya, banyak lulusan universitas terbaik memilih bekerja di luar negeri.
Sebanyak 61,1% lulusan perguruan tinggi Taiwan di tahun 2014 terbang ke luar negeri, dan ini adalah angka tertinggi di dunia. Pada tahun 2021, sebagaimana dilansir Oxford Economics, Taiwan akan menjadi yang tertinggi dalam hal mismatch antara permintaan dan penawaran tenaga kerja potensial. Tantangannya sekarang, Taiwan harus berusaha menarik dan kemudian mempertahankan SDM yang berkualitas,” urainya.
Mahfud Sholihin dari UGM lebih banyak menyoroti hubungan-hubungan antara tingkat ekonomi suatu negara dengan SDM dan Akuntansi. “Dari berbagai data, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi dan tingkat pembajakan perangkat lunak yang tinggi, serta tingkat ekonomi yang rendah. Menurut penelitian Kimbro (2002), semakin banyak akuntan semakin memperbaiki Indeks Persepsi Korupsi suatu negara. Akan tetapi, menurut hemat saya, jumlah akuntan di suatu negara bukanlah yang mempengaruhi apakah tingkat korupsi akan berkurang ataupun bertambah, melainkan integritas dari para akuntan tersebut,” terangnya. (fadhli)