Pagi yang indah di Oksamol. Hari Selasa adalah waktu untuk pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) bersama siswa kelas empat. Semua murid tampak senang karena ini adalah waktu untuk berkarya lewat pelajaran. Ageng Hening Hutomo, salah satu guru SM3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) UNY menyuruh siswa membawa kertas, gunting, dan pensil warna seadanya. Semua untuk melakukan kegiatan hari ini yaitu membuat dan mengisi majalah dinding sederhana.
Ageng Hening Hutomo ditempatkan di SD Inpres Tinibil, Distrik Oksamol, Pegunungan Bintang, Papua dan mengampu pembelajaran kelas empat dengan jumlah siswa 18 orang. “Keluarkan puisi, pantun, dan cerita pendek yang sudah kalian buat pada saat pelajaran Bahasa Indonesia yang lalu” perintah Tomo, sapaan akrabnya. Para siswa patuh dan terlihat gembira saat mengeluarkan buku dan semua bahan-bahan tadi.
Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar mereka saling bantu membantu karena tidak semua siswa membawa bahan yang diperlukan. Tidak lama kemudian Tomo menggambar macam-macam buah sebagai gambar contoh. “Pak guru saya tidak bisa menggambar buah itu, yang saya tahu hanya pisang dan alpukat” kata Imel Tepmul salah satu siswa. “Imel, ini pak guru baru menggambar contoh buah beserta namanya,” jawab Tomo sambil tersenyum karena memang di sini yang mereka tahu hanya buah pisang dan alpukat, jarang ada buah-buahan seperti di kota.
Setelah Tomo memberi contoh gambar, para siswa dibagi menjadi kelompok agar mereka menggambar sendiri aneka buah yang sama. Awalnya alumni prodi PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tersebut menahan tawa ketika melihat gambar-gambar mereka yang tidak bisa di tebak itu gambar apa. Tetapi lama kelamaan gambarnyapun lumayan bagus karena mereka ada keinginan untuk bisa, dan mencoba terus dan dibimbing.
Ada kelompok yang menggambar buah apel, jeruk, mangga, dan lain sebagainya. Tahap selanjutnya, mereka memotong bagian kertas yang sudah digambar tadi menjadi sebuah bentuk buah. Salah satu siswa senang sekali setelah kelompoknya berhasil membuat bentuk buah mangga di kertasnya dan berkata, “Pak saya sudah jadi ini Pak, buah mangga.”
Setelah selesai pekerjaan menggunting, kegiatan dilanjutkan dengan penulisan karya siswa berupa pantun, puisi, dan cerita pendek. Warga Kerdonmiri, Karangwuni, Rongkop, Gunungkidul, Yogyakarta tersebut merasa senang melihat senyum tulus dan wajah gembira mereka. Memang seharusnya mereka yang jauh dari keterbatasan tidak boleh kalah dengan siswa yang ada di kota. Keterbatasan memang bukan suatu penghalang bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan.
Setelah semua selesai, bergantian para siswa menempelkan hasil karya mereka baik itu gambar maupun puisi ke kertas besar yang sudah ditempelkan di dinding belakang kelas. Satu persatu siswa menempelkan hasil karyanya di dinding dan sedikit mereka beri hiasan bergambar di kertas itu dan kemudian mading itu diberi judul “Ini Karyaku”. Mereka benar-benar sangat senang apalagi kelas lain pun ikut melihat dan membaca isi mading itu.
“Hari ini saya benar-benar bangga, bisa melihat dan membuat mereka bahagia serta memberikan pengalaman baru untuk mereka,” tutup Ageng Hening Hutomo. (dedy)