Hari Sabtu, 28 Maret 2015, mahasiswa S2 Pascasarjana kelas P2TK Pendidikan Dasar melakukan kunjungan ke SD Tunjungsekar I Malang, Jawa Timur. SD ini terletak di pusat kota Malang. Acara tersebut berlangusng mulai pukul 07.00 sampai pukul 12.00. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka studi laboratorium mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Yogyakarta. Dosen yang mendampingi kami adalah beliau Bapak Dr. Muhammad Nur Wangid, M.Si.
SD Tunjungsekar I merupakan sekolah dasar negeri. Masyarakat sekitar lebih mengenal SD Tunjungsekar I sebagai SD Brugge. Nama Brugge diambil dari donatur yang berasal Belgia. Pada awalnya sekolah ini adalah sekolah yang dibangun di daerah tertinggal. Masyarakat sekitar termasuk golongan ekonomi mengengah ke bawah. Dulunya harga tanah di daerah ini sangat murah, karena tidak ada orang yang mau tinggal di sini. Kemudian, entah karena ada berita dari mana datanglah keluarga kaya raya dari Belgia. Mereka adalah orang kaya yang ingin membangun fasilitas pendidikan di Indonesia. Dibangunlah SD Brugge dengan bangunan dan fasiltas yang bagus. Bangunannya luas, gedungnya pun memenuhi standar.
Lambat laun, guru-guru di SD Brugge tergerak hatinya untuk memajukan sekolah. Mereka merasa terketuk melakukan tindakan karena bangunan sekolah sudah bagus namun mutu sekolah masih rendah. Seiring berkembangnya wilayah permukiman di daerah sekitar sekolah, siswa yang masuk SD Brugge juga semakin banyak. Mereka kemudian melakukan banyak diskusi dengan sesama guru dan kepala sekolah tentang pembelajaran dan kondisi sekolah. Setiap Sabtu sepulang sekolah para guru dan kepala sekolah melakukan diskusi untuk membahas permasalahan selama seminggu dan mempersiapkan pembelajaran seminggu ke depan. Cara ini sangat efektif. Guru dapat membuat media, RPP dan soal evaluasi seacara bersama-sama.
Kesitimewaan sekolah ini adalah mengajarkan siswanya tentang kecakapan hidup atau sekarang lebih dikenal dengan life skill. Sekolah berprinsip jika seseorang dibekali dengan kecapkan hidup hidupnya kelak pasti akan sukses. Prestasi akademik tidak menjadi patokan kesuksesan siswa. Pembelajaran dilakukan dengan terbuka dan selalu mendengarkan masukan dari siswa. Dimana saja mereka dapat belajar. Ruang kelas bukan menjadi satu-satunya tempat belajar. Mereka juga sering melakukan pentas mini untuk menampilkan hasil karya setiap kelas.
Sekolah menggunakan Kurikulum 2013 dalam pembelajarannya. Kurikulum 2013 tetap digunakan karena sekolah merupakan sekolah rintisan, sehingga masih menggunakan K-13. Jika ditanya tentang kesulitan melaksanakan tematik integratif guru akan menyampaikan bahwa yang paling sulit adalah penilaian. Karena juknisnya sendiri masih sering berubah. Namun guru memiliki pendapat yang luar biasa, yaitu tematik sangat berguna bagi perkembangan siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan sikap pada siswa yang melaksanakan kurtilas dan yang tidak.
Pendidikan karakter dilaksanakan dengan keteladanan. Sebelum siswa yang melakukan guru mencontohkan dengan tindaknannya. Setiap hari guru ada guru piket yang datang pukul 06.00. Guru piket menyambut siswa di depan pintu gerbang sambil bersalaman. Guru juga selalu mengamati kondisi siswa jika ada yang cemberut atau lain dari hari biasanya. Semua siswa dibisakan untuk bersalaman dengan tamu yang datang dan mengucapkan salam. Guru juga selalu membantu siswa membersihkan kelas.
Sekolah mendapat penghargaan Adiwiyata tingkat nasional. Sekolah Adiwiyata merupakan penghargaan bagi sekolah yang dapat memenfaatkan lingkungan dan menjaganya. Aturan terpenting bagi sekolah adiwiyata adalah tidak boleh membakar sampah dan menebang pohon sembarangan. Sekolah memiliki alat untuk mengolah sampah. Tempat sampah dikelompokkan berdasarkan jenis sampah. Ada sampah organik, plastik dan kertas. Untuk sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos yang telah diolah digunakan sebagai pupuk tumbuhan di seitar sekolah. Tidak heran jika lingkungan sekolah hijau dan rindang. SD Tunjungsekar I juga mendapat penghargaan sekolah sehat tingkat nasional. Bahkan ada lomba yang diikuti sampai tingkat ASEAN.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Sabtu. Ekstrakurikuler wajib adalah pramuka. Sedangkan ada 12 jenis ekstrakurikuler yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Pembimbing ekstra tidak diambilkan guru dari luar. Namun memberdayakan guru-guru yang memiliki potensi tertentu. Guru yang bersangkutan juga sering diikutkan diklat sesuai dengan bidangnya.
Peran Dewan Sekolah sangat berpengaruh. Ketika sekolah membutuhkan bantuan, maka dewan akan bergerak untuk membantu semaksimal mungkin. Daerah yang dulunya tertinggal sekarang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan tingkat ekonomi yang semakin baik. Hal ini yang menyebabkan pola pikir wali murid dan dewan sekolah sudah sangat maju. Setiap program yang akan memajukan sekolah selalu didukung oleh dewan. (Sri Indhah)