Jajaran pejabat di lingkungan FBS geruduk Jogja TV pada Rabu malam (01/04/2015). Ada gelaran acara yang dipandu oleh Ninda Nindiani untuk mengenalkan FBS lebih dekat ke khalayak pada malam itu. Tampil sebagai narasumber utama pada acara itu: (1) Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. (Dekan FBS), (2) Dr. Maman Suryaman, M.Pd. (Ketua Jurusan PBSI), (3) Dr. Sufriati Tanjung (Dosen Pendidikan Bahasa Jerman), dan (4) Drs. Agustianto, M.Pd. (Dosen Pendidikan Seni Musik). Keempatnya menjelaskan potensi, prospek, dan prestasi yang ada di FBS. Tentu, acara itu juga sebagai dialog interaktif dengan masyarakat terkait proses seleksi mahasiswa baru. Sebab, pada Februari-Juni, hajatan nasional ihwal seleski masuk perguruan tinggi terbuka seluas-luasnya bagi lulusan SMA/sederajat—tak terkecuali FBS, UNY.
Nindiani mengawali diskusi dengan mengajukan pertanyaan pada Dekan FBS tentang kontribusi FBS demi menyetak lulusan yang kompetitif. “Secara umum mahasiswa FBS diarahkan pada profesi pendidik. Namun demikian, kami juga menyiapkan mereka untuk memunyai keahlian khusus pada bidangnya.
Selain itu, di FBS juga terdapat Prodi murni (nonkependidikan) seperti: Bahasa dan Sastra Indonesia dan Bahasa dan Sastra Inggris. Keduanya menginduk pada satu jurusan,” papar Zamzani. “Keahliah khusus yang dimaksudkan tadi,” lanjutnya “seperti di Prodi Pendidikan Bahasa Jerman, Inggris, dan Prancis dibekali khusus untuk memiliki kemampuan menjadi pemandu wisata dan lainnya.”
Lebih spesifik pada Jurusan PBSI, Suryaman memaparkan tiga mata kuliah unggulan yang mahasiswa dapat memilih sesuai bakat dan minatnya. “Kami memiliki Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), Penulisan Bahan Ajar, dan Jurnalistik,” pungkasnya saat ditanya oleh Nindiani. “Di BIPA, mahasiswa dibimibing untuk terampil dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk orang luar negeri. Sementara di Penulisan Bahan Ajar, mahasiswa diarahkan untuk terampil menulis buku yang nantinya akan diajukan demi mendapatkan ISBN.
Tak hanya itu, mahasiswa yang berminat menjadi reporter dapat mengambil mata kuliah Jurnalistik,” jelas dosen sekaligus penilai di Pusbuk nasional. Suryaman juga menjelaskan ihwal tradisi pementasan drama tiap akhir tahun di jurususan PBSI. “Karena kami memunyai mata kuliah drama di semester V, maka kami juga mewajibkan para mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu untuk mementaskan drama.”
“FBS juga bangga karena memiliki penerjemah yang telah diakui oleh Kedutaan Besar Jerman,” ungkap Zamzani. Penerjemah sekaligus dosen senior itu adalah Dr. Sufriati Tanjung. Ia berkisah bahwa dulunya sempat bekerja d lembaga Ikatan Guru Bahasa Jerman (IGBJI) yang diketuai oleh Bernie Liem.
Suatu hari, Bu Liem berpergian ke luar kota dan yang tersisa di IGBJI hanyalah Sufriati Tanjung dan seorang dari Jerman. Kebetulan di bulan tersebut (Maret) sedang penuh dengan permintaan penerjemahan. Mulai saat itulah ia mulai menerjemahkan. Baginya, menjadi penerjemah adalah kegiatan yang menyenangkan.
Selain di bidang bahasa, FBS juga sukses membawa nama harum dunia seninya, baik itu seni musik, rupa, maupun tari. Di tangan kreatif Agustianto (Dosen Pendidikan Seni Musik), grup orkestra UNY telah mengukir prestasi di tingkat mana pun: lokal hingga nasional. “Bagi saya, orkestra membelajarkan arti kebersamaan dan toleransi,” ungkapnya. Menurutnya pula, “Dengan seni kita dapat menjadi insan yang cinta keindahan. Sebab, seperti ruh dari seni itu sendiri yakni estetika.” (Rony)