Pendidikan inklusif menjadi isu yang menarik perhatian berbagai pihak karena diyakini dapat memberikan peluang yang besar kepada anak berkebutuhan khusus sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya untuk berpartisipasi lebih luas dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan layaknya anak-anak pada umumnya. Semua anak berkebutuhan khusus juga diberi kesempatan untuk belajar bersama-sama dengan anak pada umumnya, sehingga guru-guru sekolah reguler memiliki kewajiban memberikan layanan sesuai dengan keberagaman peserta didik. Demikian papar Dr. N. Dede Khoeriah dalam Ujian Terbuka dan Promosi Doktor yang digelar pada Jumat (5/4/2013) di Aula PPs UNY.
“Untuk mengetahui sejauh mana penyelenggaraan pendidikan inklusif di SD, diperlukan sebuah model evaluasi kinerja SD penyelenggara pendidikan inklusif. Karena tanpa evaluasi, para pengambil kebijakan akan sulit membuat keputusan strategis berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif,” tambah dosen Pendidikan Luar Biasa pada FKIP Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung tersebut.
Penelitian disertasi yang dipromotori oleh Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro dan Sumarno, Ph.D. tersebut menggunakan pendekatan R&D dengan tahapan penelitian menggunakan modifikasi dari model Borg & Gall. Uji coba dalam penelitian dan pengembangan dilakukan tiga tahap, yakni uji coba pendahuluan melibatkan 12 pakar dan praktisi pendidikan, uji coba utama diterapkan pada 33 subjek coba di SD Plus AL Ghifari, dan uji coba operasional diterapkan pada 74 subjek coba di SDN Putraco Indah, SD BPI, SDN Tunas Harapan, dan SDN Gegerkalong dengan melibatkan kepala sekolah, guru, dan orang tua peserta didik..
Doktor ke-167 di PPs UNY dan doktor ke-107 di Prodi PEP tersebut memaparkan bahwa penyusunan model evaluasi bagi SD penyelenggara pendidikan inklusif diadaptasi dari performance excellent in education dari Malcolm Baldrige. Model EKPI juga telah berhasil diujicobakan pada lima SD di kota Bandung yang menyelenggarakan layanan terhadap keberagaman peserta didik. Model tersebut memiliki dua aspek evaluasi, yaitu aspek proses dan aspek hasil.
Selain itu, model EKPI dalam proses implementasi di SD mampu mengungkap data secara komprehensif, holistik, fleksibel, dan berorientasi keragaman layanan. Berkat disertasi yang berjudul “Pengembangan Model Evaluasi Kinerja SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif” tersebut, Dr. N. Dede Khoeriah lulus dengan hasil “Memuaskan”. (Sinta)