Geliat bijak sebuah universitas yang menuju kelas dunia ialah tak meniscayakan aset agung intelektualitas mahasiswa terbaiknya. Pelbagai implus saran maupun kritikan konstruktif diharapkan menjadi ruang perbaikan yang tak pernah mandek. Bukan sebaliknya: antipati terhadap masukan. Sikap demikian, telah di-tradisi-kan oleh UNY menjelang wisuda. Tepat pada Kamis pagi (26/02/2015), Ruang Sidang Utama Rektorat penuh dengan mahasiswa cumlaude dari bermacam Program Studi (Prodi). Berpenampilan kemeja putih, celana kain hitam kain, dan sepatu vantoufel; mereka duduk tekun dan juga progresif urun angan demi kelangsungan kualitas UNY di hari depan. Purwoko H. Santoso, S.Pd. (Pendidikan Fisika), Dheni Purwanti, S.Pd. (PGSD), Mohamad R. Fata, S.Pd. (Pendidikan Teknik Mekatronika), dan H.B.A. Jayawardana, M.Pd. (Pendidikan Sains S-2) merupakan salah empat dari ratusan mahasiswa cumlaude UNY yang diberikan kesempatan untuk membentangkan makalah sumbang saran pemikiran di depan khalayak.
Purwoko menyampaikan pemikirannya dengan berpijak pada makalahnya berjudul Laboratorium Terpadu dalam Meningkatkan Sinergitas dan Kualitas Penelitian UNY. Ia berangkat dari kegelisahan terhadap nihilnya lembaga antardisiplin ilmu yang giat menghela kemajuan ilmu maupun pengetahuan di UNY. Ia mengakui bahwa UNY telah memiliki lembaga yang ranahnya membidik tri dharma perguruan tinggi, yakni LPPM. Namun demikian, ia merasa bahwa LPPM masihlah berkutat pada agenda musiman seperti: agenda KKN maupun proyek penelitian kolaboratif bersama dosen.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada lembaga yang menaungi pengabdian pada masyarakat itu, ia mengusulkan gagasan cerdas yakni Laboratorium Terpadu. “Laboratorium ini saya harapkan memuat departemen-departemen yang mencakup semua bidang yang dimiliki UNY, seperti: Bahasa dan Seni, Sains, Sosial, Ekonomi, Keolahragaan, dan Teknik. Laboratorium terpadu bisa menjadi pusat mahasiswa berkumpul dan bercengrkama dengan mahasiswa lain lintas fakultas untuk membahas penelitian dalam membangun suatu integritas. Singkatnya, laboratorium ini diharapkan menjadi pusat interaksi seluruh peneliti UNY,” jelasnya.
Lain halnya dengan Purwanti yang berasal dari Prodi PGSD. Kemirisannya berawal dari tak satu padunya sistem koleksi referensi di perpustkaan pusat dengan fakultas maupun di kampus wilayah. Ia mengaku bahwa keadaan ini diakibatkan karena belum adanya koordinasi serius antarperpustakaan—baik di pusat maupun di fakultas. Oleh sebab itu, ia memaparkan sumbangsih pemikirannya berjudul Perpustakaan Fakultas dan Universitas yang Terintegrasi Secara Online. “Sistem perpustakaan online yang terintegrasi merupakan suatu bentuk layanan kemudahan bagi mahasiswa untuk menemukan koleksi yang berada di perpustakaan wilayah UNY secara akurat. Lebih dari itu, sistem perpustakaan online yang terintegrasi merupakan suatu bentuk kerapian dalam tata kelola perpustakaan yang efektif,” tuturnya.
Senada dengan Purwanti yang menggadang-gadang sistem integrasi secara online, Fata mempresentasikan makalahnya berjudul Integrasi Website Siakad Berbasis Mobile untuk Meningkatkan Kedisiplinan Mahasiswa UNY. Ia berhadap UNY segera mengembangkan sistem informasi akademik (Siakad) yang meliputi jadwal kuliah, jadwal ujian, tugas-tugas mata kuliah, daftar kehadiran, dan informasi kalender akademik berbasis mobile. “Penggunaan aplikasi ini bertujuan agar mahasiswa dapat membagi dan mengatur waktu antara kegiatan di luar akademik seperti BEM, HIMA, UKM, dan kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga mahasiswa tak terlarut lupa dengan tugas kuliah karena terlalu banyak kegiatan yang diikuti atau dikerjakan di luar kegiatan akademik,” tegasnya.
Berbeda dengan Jayawardana. Mahasiswa pascasarjana ini berharap terinternalisasinya budaya go green di kalangan civitas akademika UNY. Dalam makalahnya yang berjudul Penguatan Karakter Peduli Lingkungan Civitas Akademika UNY melalui Budaya Go Green, ia mengulas secara mendalam hal ihwal lahan hijau di UNY. “UNY harus berkomitmen serius untuk peduli terhadap lingkungan. Jangan hanya meluaskan lahan parkir di lahan hijau di belakang gedung pascasarjana saja! Harus go green!,” pungkasnya. (Rony)