Program Pascasarjana UNY kedatangan 5 orang praktisi pendidikan dari Australia. Dalam acara kuliah umum yang digelar pada Kamis (28/03/2013) di Aula PPs UNY, mereka membagikan banyak informasi tentang pendidikan di Australia. Salah satu pembicara yang seorang Senior Advisor Regional Performance and Planning Department of Education and Early Childhood Education South Western Victorian Regional, Dr. Mary L. Perdegast, membagikan informasi tentang “Internationalism of Warnambool College.” Menurutnya, internasionalisme sekolah perlu dilakukan untuk membuat para siswa menjadi responsibleglobal citizen dan memiliki global consciousness.
Dalam praktiknya, internasionalisme tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sister school relationship untuk menciptakan hubungan antar-negara. Selain itu, sister school relationship juga dapat memberikan intercultural competency bagi para siswa untuk mendapatkan pengetahuan tentang multikulturalisme dan menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain dari budaya yang berbeda. Siswa hendaknya mengetahui sejak usia dini bahwa multikulturalisme merupakan sesuatu yang normal dan orang-orang dari budaya yang berbeda juga merupakan saudara mereka.
Lebih lanjut dikemukakan tentang kurikulum dan pengajaran di Australia. Satu hal terpenting yang harus diperhatikan pengajar adalah bahwa mereka perlu memberikan “pemahaman” (understanding) kepada para siswa, dan bukan hanya sekedar “pengetahuan” (knowing). Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan di Australia adalah kurikulum UBD (Understanding by Design). Penjelasan ini menggugah keingintahuan salah satu peserta kuliah umum untuk menanyakan tentang asesmen yang diadakan di Australia untuk dibandingkan dengan ujian nasional yang diadakan di Indonesia.
Ia menekankan bahwa di Australia juga diadakan ujian nasional pada level pendidikan tertentu, tetapi ujian nasional tersebut berbeda dengan yang diadakan di Indonesia. Di Australia, ujian nasional dilaksanakan dengan menekankan pemahaman siswa dengan cara presentasi, diskusi kelompok kecil, dan lain-lain. Ujian nasional yang menuntut siswa menjawab dengan soal dengan memilih pilihan ganda atau mengisi titik-titik belum sampai pada taraf understanding, hanya knowing.
Untuk memberikan topik yang sedikit berbeda, pembicara selanjutnya yaitu, Judy Crowe, yang merupakan pimpinan dari Melbourne Girls College Development menjelaskan berbagai hal tentang sekolah khusus perempuan. Diungkapkannya bahwa di Australia banyak terdapat sekolah khusus perempuan. Tujuan khusus didirikannya sekolah tersebut adalah untuk menciptakan perempuan-perempuan muda yang mampu menjadi pemimpin di masa depan.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut adalah integrated curriculum, misalnya dengan menggabungkan mata pelajaran sejarah dengan bahasa Inggris sehingga waktu yang disediakan untuk mempelajari suatu topik menjadi lebih lama. Selain itu, Melbourne Girls College merupakan salah satu sekolah negeri independen di Melbourne yang mandiri dalam mengelola institusi mereka termasuk dalam menentukan anggaran dan rekruitmen pengajar dan staf, tetapi masih menjadi bagian dan mendapat dukungan dari pemerintah setempat.
Dalam sesi tanya jawab, antusiasme para peserta terlihat melalui beberapa dari mereka yang ingin memberikan pertanyaan. Pertanyaan pertama yang terlontar yaitu tentang esensi dari “love of learning” dan pertanyaan kedua tentang aplikasi UBD dalam pembelajaran.
Dr. Mary L. Perdegast menjelaskan bahwa love of leaning perlu dilakukan baik oleh guru ataupun oleh siswa. Love of learning tersebut penting karena apa yang kita ketahui saat ini akan berbeda dengan apa yang kita butuhkan di masa depan. Untuk pertanyaan kedua, untuk menerapkan UBD dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan belajar harus dibuat nyaman untuk siswa, sehingga mereka lebih mudah memahami dan pemahaman itu akan muncul secara alami.
Hal ini berbeda dengan kecenderungan belajar di Indonesia di mana guru dan siswa cenderung serius dalam belajar. Menurutnya, jika siswa merasa nyaman dan senang, belajar akan terjadi secara alami. Acara diakhiri dengan pemberian cinderamata dari PPs UNY, yang diwakili oleh Prof. Slamet PH, Ph.D. kepada Dr. Mary L. Perdegast dan Judy Crowe, serta foto bersama. (Emi)