Penelitian ini berawal dari sebuah literatur Dan Carlson tentang sonic bloom yang menyebutkan bahwa suara pada frekuensi antara 3000 hingga 5000 Hertz (Hz) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu, juga berdasarkan pengalaman empiris petani di kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengamati jika hewan garengpung atau kinjeng tangis berbunyi, hasil panen akan menjadi lebih baik. Berdasarkan hal itu, tiga orang dosen dari Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, UNY: Nur Kadarisman, M.Si, Agus Purwanto, M.Sc., dan Dr. Dadan Rosana tergerak untuk meneliti dan mengaplikasikan apa yang ada di balik suara garengpung dan kinjeng tangis itu di daerah Dieng, tepatnya Dusun Jojogan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.Pemilihan lokasi penanaman di daerah ini karena Dieng merupakan daerah penghasil kentang yang berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 M dpl dengan suhu udara rata-rata 15 . Suhu tersebut sesuai dengan suhu yang dibutuhkan tanaman kentang untuk pertumbuhan dan perkembangan umbi kentang.Menurut Nur Kadarisman, mitos yang berkembang di masyarakat bahwa apabila tanaman yang sedang mereka kerjakan terdapat suara-suara genious local seperti jangkrik, orong-orong, kinjeng tangis, garengpung dan yang lainnya, hasil panennya akan berlimpah. Ternyata hal ini bukan lagi mitos karena telah terbukti melalui penelitian yang telah dilakukan.“Kami merekam suara garengpung dan didapat frekuensi suaranya 3247 Hz,” kata Nur Kadarisman. “Ini berarti memenuhi syarat sonic bloom untuk panenan yang lebih baik karena masuk dalam range 3000 – 5000 Hz”. Nur menambahkan bahwa suara garengpung ini disintesa pada frekuensi 3000, 3500, 4000, 4500, 5000, dan 6000 Hz serta diujicobakan pada tanaman kentang di Dieng. Kajian ilmiahnya, setelah bunyi garengpung diperdengarkan pada tanaman kentang mulai pukul 7 hingga 9 pagi maka stomata atau mulut daun akan membuka dan pada saat inilah masuk nutrisi alami yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis.“Akan lebih dahsyat lagi hasilnya bila pada saat ini disemprotkan pupuk daun karena lebih menyuburkan tanaman,” kata dosen berusia 48 tahun tersebut “Penelitian ini juga telah kami patenkan dengan nama Audio Bioharmonic yang berarti keselarasan antara pertumbuhan tanaman dan frekuensi suara.”Sementara Agus Purwanto menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, frekuensi-frekuensi yang diujicobakan pada tanaman ternyata memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada tanaman kentang. Pertumbuhan tanaman yang paling bagus terletak pada lahan dengan frekuensi 3000 Hz sedangkan produktivitas tanaman yang paling bagus terletak pada lahan dengan frekuensi 4500 Hz.Produktivitas tanaman kentang kelompok eksperimen juga meningkat sampai 272%. Lahan yang diberi perlakuan 3000 Hz dan 4500 Hz pertumbuhan tanaman kentangnya lebih cepat. Daunnya terlihat lebih lemas dibandingkan tanaman petani. “Kami juga menanam kacang dieng atau kacang babi secara tumpangsari di lahan ini,” kata Agus “Tanaman kacang dieng yang di-drive frekuensi akustik 3000 Hz ternyata lebih unggul dari pada kelompok kontrol dilihat dari panjang batang, diameter batang tanaman, dan hasil panen tanaman.”Menurut Fuad, salah satu petani pemilik lahan yang terimbas ladangnya oleh penelitian yang dilakukan para dosen FMIPA UNY tersebut, panen yang diperoleh kali ini sangat luar biasa. Beda dengan panen sebelumnya dan dia sangat heran dengan fenomena itu. Peneliti Dr. Dadan Rosana mengatakan pada prinsipnya teknologi ini berupa pemupukan daun yang diinduksi dengan aplikasi gelombang suara dari sumber bunyi. Dengan meningkatnya penetrasi dan translokasi nutrisi ke dalam daun, metabolisme tanaman akan meningkat dan pada gilirannya pertumbuhan dan produksi meningkat pula.Di lain pihak, gelombang suara merupakan gerakan mekanis yang mampu menggetarkan semua materi yang dilaluinya dengan frekuensi yang sama. Peristiwa ini dalam ilmu fisika disebut resonansi. Resonansi yang terjadi inilah, tegas Dadan, yang akan menggetarkan molekul nutrisi di permukaan daun, sehingga mengintensifkan penetrasinya melalui stomata atau mulut daun.Apabila hasil-hasil ini konsisten, keberhasilan pengembangan aplikasi teknologi genious local di berbagai komoditi pertanian akan membawa dampak positif bagi kalangan petani dan masyarakat. Inilah jawaban bagi upaya pencapaian ketahanan pangan yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah.
↧