Paper berjudul “Segoro Amarto: Strategi Sultan Mengemas Demokrasi dalam Lingkup Keistimewaan sebagai Upaya Penanggulangan Kemisikinan di Yogyakarta” yang disusun oleh Tim yang terdiri dari 5 orang mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY, berhasil merebut perhatian dewan juri dan menobatkannya sebagai Best Paper Sub-Tema Kepemimpinan dalam ajang Konferensi Nasional Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara III, yang dilaksanakan di Universitas Indonesia, 11—14 Maret lalu. Tim mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara, yang terdiri dari Jumrotul Hasanah, Abdur Rohman Hakim, Silvia Sonya, Sarwindah Asyifa, dan Mochamad Septian Adi Cahyono, berhasil mengalahkan tim dari UGM dan Unair.
Jumrotul Hasanal dengan antusias sepulang dari Jakarta menceritakan ketertarikan mereka mengangkat tema tersebut karena predikat istimewa Yogyakarta dan apalagi dengan disahkannya UU No 13 Tahun 2012, tentang Keistimewaan Yogyakarta serta ditetapkannya Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam IX sebagai gubernur dan wakil gubernur, masih ada pihak-pihak yang menganggap hal tersebut tidak demokratis dan menyangsikan adanya demokrasi di DIY. Jumrotul dkk mengatakan adanya penetapan bukan berarti esensi dari kebijakan otonomi daerah yang berkaitan dengan gelombang demokratisasi tidak dapat berjalan di DIY.
Argumentasi mereka bahwa pengembangan demokratisasi tidak hanya berkutat pada pemilukada yang digadang-gadang menjadi pesta demokrasi di daerah, tetapi terdapat berbagai bentuk demokrasi lain yang dikemas oleh Sri Sultan HB X dalam konsep Keistimewaan yang diwujudkan dengan berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan di DIY. Mereka melihat, Konsep kebijakan “Segoro Amarto” yang merupakan ide dari Sri Sultan HB X , merupakan wujud dari kebijakan yang demokratis.
Konsep “Segoro Amarto”, yang menggali budaya masyarat DIY yang tetap menjaga kearifan lokal seperti gotong royong, guyup rukun, rasa handarbeni, teguh nguri-uri tradisi lan bubaya dan menghormati leluhur, dijadikan strategi Sultan untuk menanggulangi kemiskinan di DIY. “Segoro Amarto” menitikberatkan pada penanaman dan pengembangan nilai-nilai kemandirian, kepedulian, kebersamaan, serta kedisiplinan. Nilai-nilai tersebut diharapkan tercermin pada sikap, perilaku, gaya hidup, dan wujud kebersamaan masyarakat DIY sehingga kehidupan akan menjadi lebih sejahtera.
Melalui kebijakan “Segoro Amartro” ini, Sri Sultan HB X berusaha mengerakkan seluruh masyarakat Yogyakarta untuk menanggulangi kemiskinan. Melalui paper dengan judul di atas, mereka membahas implementasi strategi tersebut dan menguraikan keberhasilan kebijakan ini dalam mengurangi dan pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan di tiga kelurahan yaitu Kricak, Sorosutan, dan Tegalpanggung sebagai pilot project gerakan “Segoro Amarto”.
Salah satu Dosen Pembimbing Akademik (PA), Lena Satlita, Msi., mengatakan sangat bangga dengan prestasi anak didiknya yang saat ini duduk di semester 4. Selain tim yang dapat best paper, dua tim lain berhasil lolos seleksi dan ikut dalam ajang tersebut. Lena mengatakan Jurusan Ilmu Administrasi Negara di FIS UNY memang relatif masih baru, alumninya juga baru sekitar 25 orang. Tapi Lena yakin, karena jurusan ini merupakan pilihan favorit bagi yang ingin kuliah di FIS UNY, inputnya bagus, sehingga tamatan jurusan ini bisa bersaingan dengan Jurusan Administrasi Negara dari universitas terkemuka lainnya di Indonesia. (lensa)