Dalam rangka mendukung cita-cita universitas untuk menjadi kampus berkelas dunia (World Class University), Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) menyelenggarakan seminar internasional yang bertajuk “Social, Politics, History, and Education For Schools And Societies”. Kegiatan berlangsung selama dua hari, 1—2 Desember 2014, bertempat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY.
Acara diikuti para ahli dan pemerhati persoalan sosial, politik, sejarah, dan pendidikan menghadirkan pembicara utama, dari lima negara ((Amerika, Singapura, Filipina, Australia dan Indonesia). Prof. Ryemanaod Illeto (Philippine), Isrizal Mohamed Isa (Singapore), Prof. Adrian Vickers (Sydney, Australia), Charlie Sulivan (University of Michigan, Amerika), Dr. Richard Chauvel (Victoria University, Australia), Max Lane (Australia), serta moderator tamu, Dr. Ian Wilson (Australia) dan Mark Phillip Stadler, Ph.D. (University of Copenhagen). Selain pembicara utama, dihadirkan pula pembicara dari dalam negeri: Dr. Margana (UGM, Indonesia) dan Bonie Triana (Majalah Historia, Indonesia) yang terbagi dalam panel-panel diskusi.
Dalam sambutannya, Dekan FIS UNY Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. menyatakan, “FIS UNY sebagai institusi pendidikan merasa terpanggil untuk membuat seminar internasional dalam kontribusinya tentang ilmu sosial dan pendidikan di dunia ini. Seminar internasional ini diadakan guna mendorong para intelektual untuk berdiskusi dan memperdebatkan isu-isu yang terkait dengan ilmu sosial dan pendidikan,” ujarnya.
Masih menurut Ajat Sudrajat, ilmu-ilmu sosial yang diperdebatkan khususnya dalam bidang politik, sejarah, dan lainnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan mendasar yaitu bagaimana memasyarakatkan ilmu-ilmu tersebut dalam lingkungan sosial masyarakat dan pendidikan? Dan bagaimana melakukan pembelajaran di sekolah? Sebagai pembuka seminar dihadirkan keynote speaker Dr. Max Lane (pengajar Victoria University) dan Sardiman AM, M.Pd. (pengembang Kurikulum 2013). Acara tersebut dihadiri para civitas akademika, dosen, guru, mahasiswa, dan para stake holder pendidikan.
Menurut salah satu pembicara dari luar negeri, Adrian Vickers, kebanyakan buku-buku yang dikeluarkan di Indonesia merupakan reaksi terhadap usaha oleh rezim Orde Baru untuk menguasai dan mengalirkan sejarah agar hanya ada satu versi, versi pemerintah. Versi alternatif memang disensor, khususnya versi yang dilambangkan oleh penulisan fiksi dan sejarah Pramoedya Ananta Toer. Sekarang versi alternatif yang berkembang, dalam tanah reformasi yang cukup subur.
Sementara itu, salah satu pembicara dalam negeri Dr. Margana (dosen Jurusan Sejarah FIB UGM) memaparkan, ada beberapa alasan utama untuk memahami muncul dan semaraknya gerakan Ratu Adil di Jawa dan khususnya di wilayah kerajaan, yaitu ketika fungsi raja sebagaimana idealnya dalam konsep kekuasaan Jawa tidak dirasakan kembali kehadirannya dalam masyarakat, terutama rakyat kebanyakan. Kekuasaan kolonial telah melakukan pembatasan-pembatasan sampai pada derajat yang paling rendah terhadap para penguasa kerajaan di Surakarta dan Yogyakarta.