Mahasiswa UNY berhasil memperoleh hasil yang memuaskan pada ajang LKTI Nasional Bermanfaat, Festival Ilmiah Mahasiswa (FILM) 2014 di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Mahasiswa tersebut adalah Hardika Dwi Hermawan (Prodi Pendidikan Teknik Informatika), Yuanda Putra Perdana (Prodi D3 Manajemen Pemasaran), dan Dinar Uji Setyaningrum (Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Kolaborasi FT, FE, dan FBS ini berhasil menyabet juara I pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Bermanfaat (LKTIN B) FILM 2014. Mereka unggul atas finalis lain yang berasal dari perguruan tinggi seperti ITB, UGM, ITS, UNIB, Universitas Brawijaya, UNS, dan UM. Juara II LKTIN B diraih oleh Universitas Sebelas Maret dan juara III diraih oleh Universitas Bengkulu. Sementara juara favorit diraih oleh tuan rumah, Universitas Sebelas Maret.
Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Bermanfaat (LKTIN B) FILM 2014 diselenggarakan oleh Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM), UNS. Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Bermanfaat (LKTIN B) tahun ini mengangkat tema “Implementasi Karya Mahasiswa di Bidang Iptek, Seni dan Budaya dalam Rangka Mewujudkan Generasi Muda Bermanfaat”. Final LKTIN B diselenggarakan di Ruang Sidang Gedung A, FKIP UNS pada hari Kamis—Sabtu, 19—22 November 2014. Selain mempresentasikan hasil karya, para finalis yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia tersebut diwajibkan memamerkan hasil produk pada acara gelar karya di Student Center.
Dinar, salah satu anggota dari tim menyampaikan, ”Finalis pada ajang ini benar-benar karyanya luar bisa, susah diprediksi siapa yang akan keluar menjadi pemenang. Dengan izin Allah, alhamdulilah satu-satunya tim UNY berhasil memperoleh posisi pertama.”
Pada ajang tersebut, tiga mahasiswa UNY mengangkat karya, aplikasi “Batik detektor sebagai media pembelajaran motif batik menggunakan metode markerless tracking berbasis komputer”. Menurut tim tersebut, saat ini batik memang sudah banyak digunakan oleh berbagai lapisan dan kelompok umur masyarakat, tidak hanya golongan tua saja tetapi anak muda sekarang pun sudah banyak yang memakainya. Namun, permasalahannya sekarang adalah apakah generasi muda saat ini memahami tentang motif atau corak batik Indonesia yang kaya akan nilai filosofisnya itu? Atau mereka hanya asal memakai? Bahkan Prof. Samsi, mantan Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kerajinan dan Batik serta Rektor IKIP Yogakarta pernah menyampaikan bahwa ketiadaan referensi mengenai koleksi motif dan corak batik tradisional, menyebabkan kesenjangan pengetahuan antargenerasi.
Untuk itulah, ketiga mahasiswa tersebut mengembangkan aplikasi “Batik Detektor” untuk membantu pelajar dan masyarakat Indonesia mengenal beragam motif batik di Indonesia. Apalagi sekarang sudah banyak sekolah yang memuat batik sebagai mata pelajaran atau muatan lokal di sekolahnya. (dika)