Kaca bening dan botol kaca merupakan benda yang dapat ditemui di lingkungan sekitar. Ternyata benda-benda tersebut dengan kreativitas dapat dihasilkan berbagai hiasan yang digemari masyarakat dan layak jual misalnya lampu hias.
Hal tersebut yang dilakukan mahasiswa dan tim kuliah kerja nyata (KKN) dalam bentuk pembelajaran pemberdayaan masyarakat (PPM) UNY di desa Singosaren, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tim KKN-PPM UNY yaitu Juli Astono, M.Si., Slamet MT, M.Pd., dan Purwanti Widhy Hastuti, M.Pd. memberikan pelatihan las kaca dan logam para pemuda yang tergabung dalam karang taruna Jaya Kusuma.
Juli Astono menjelaskan bahwa ini adalah tahun kedua kegiatan las kaca dan listrik. Pada tahun kedua ini kemampuan para pemuda karang taruna ini ditingkatkan dalam bidang pemotongan botol kaca dan grafir kaca. Agar hasil pemotongan botol kaca tidak membahayakan tangan, perlu dipilih cara menghaluskan potongan botol kaca tersebut, dalam hal ini batu gerindra atau kertas amplas yang sesuai untuk menggosok/menghaluskan permukaan botol yang telah dipotong.
Di samping itu, agar hasil potongan botol kaca bisa merata, perlu diberi goresan pada botol tersebut. Dan yang paling baik untuk membuat goresan tersebut yaitu menggunakan mesin bubut.
“Tiap botol kaca mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga perlu kejelian dalam memilih botol yang akan dipotong. Keberhasilan pemotongan botol kaca dikembangkan terus untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Para pemuda juga diberi pelatihan grafir kaca,” jelasnya.
Setelah mengikuti pelatihan las kaca, pemotongan botol kaca, dan grafir kaca, mereka mencoba secara berkelompok berkreasi membuat cindera mata dari kaca dan botol kaca yaitu membuat lampu hias dari kaca yang telah digrafir, dikombinasikan dengan logam tembaga yang pengelasannya menggunakan las tiup (sama seperti las kaca).
Berdasarkan rancangan lampu hias yang telah ditetapkan, sebagaimana diterangkan oleh Juli, mereka bekerja di bengkel untuk memotong kaca bening, membuat pola/gambar pada kaca tersebut, membuat bingkai dengan logam tembaga, serta membuat dudukan lampu hias baik menggunakan batu putih maupun botol bekas yang ada di pasar.
Hasil pengelasan logam tembaga untuk kerangka lampu hias diseting dengan dinding kaca yang akan digrafir. Dinding kaca lampu hias yang telah digrafir dibersihkan dari plastik solatif yang digunakan untuk membuat pola-pola. Agar bingkai lampu hias yang terbuat dari logam tembaga mempunyai warna yang cerah, dilakukan pencucian dengan larutan asam. Setelah dicuci, logam tembaga dikeringkan serta dicat dengan warna netral agar tidak teroksidasi dengan udara. Dengan demikian, bingkai lampu hias dari logam tembaga tersebut tidak akan berubah warnanya. Lampu hias yang sudah “siap” kemudian dipasang kelistrikannya dengan memilih aneka bola lampu agar menjadi lebih indah.
Produk lampu hias tersebut telah diikutkan pada pameran produk pada kelompok bisnis di kabupaten Kulon Progo DIY selama seminggu yang pelaksanaannya dimulai tanggal 17 Oktober sampai dengan 25 Oktober 2014 lalu yang berlokasi di Alun-alun Wates Kulon Progo. Selama pameran terjual dua buah lampu hias dengan harga Rp 125.000,00 untuk yang berukuran besar dan Rp 75.000,00 untuk yang berukuran sedang. (witono N)