Kebutuhan energi listrik terus meningkat terutama dari sektor industri dan rumah tangga. Padahal pembangkit energi listrik yang ada sekarang masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mesin penggeraknya dan suatu saat nanti akan habis. Oleh karena itu, perlu usaha untuk menemukan dan mengembangkan sumber energi alternatif. Indonesia mempunyai sumber energi terbarukan yang sangat melimpah, salah satunya dari sumber energi yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat umum adalah sumber energi listrik dengan memanfaatkan sumber panas.
Sektor transportasi merupakan sektor penghasil panas gas buang yang besar di mana efisiensi kendaraan bermotor sekitar 35—40%, sementara sisanya dibuang ke lingkungan begitu saja. Padahal menurut Konsep Seebeck, energi panas tersebut bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik. Konsep Seebeck menggambarkan bahwa jika dua buah material logam semi konduktor yang tersambung berada di lingkungan dengan dua temperatur berbeda, maka pada material tersebut akan mengalir arus listrik atau gaya gerak listrik. Apabila konsep ini diterapkan pada kendaraan bermotor dengan gas buang pada mesin motor bakar berkisar antara 200—300°C dan temperatur lingkungan berkisar antara 30—35°C, akan menghasilkan gaya gerak listrik yang kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik yang dapat disimpan di dalam baterai.
Berdasarkan konsep tersebut, sekelompok mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY yaitu Ari Setiawan, Wawan, Intan Ratna Sari, Puji Dwi Utomo, dan Nur Ilyas mengembangkan potensi pembangkit daya termoelektrik yang memanfaatkan panas gas buang kendaraan bermotor untuk diterapkan sebagai pengisi ulang baterai handphone atau charger. Menurut Ari Setiawan, charger yang dibuat dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor ini dapat mengurangi pembuangan panas yang sia-sia menjadi energi listrik alternatif yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun berada.
“Charger ini dapat digunakan oleh pengguna kendaraan motor khususnya penggemar touring,” kata Ari. “Dengan alat ini mereka tidak perlu kuatir kehabisan listrik baterai gadget yang dibawa selama perjalanan.” Wawan menambahkan bahwa charger itu disebut Thermoelectric Generator (TEG) yang dibuat dari barang-barang sederhana. “Bahan yang dibutuhkan peltier, logam tembaga sebagai konduktor yang baik sebagai penyalur panas, heat sink, kabel, dan socket handphone,” kata Wawan.
Puji Dwi Utomo menjelaskan bahwa untuk membuat TEG ini dimulai dari mendesain alat, survey dan perakitan komponen yang diperlukan, serta perakitan. “Peltier sebagai komponen utama untuk mendapatkan energi listrik,” kata Puji. Cara kerjanya, peltier yang dilapisi dengan tembaga sebagai penyalur panas dan heat sink pada sisi satunya sebagai penerima suhu rendah dari udara lingkungan dipasang pada knalpot motor.
Ketika mesin menyala dan menghasilkan panas dari mesin dan pada satu sisinya mendapat suhu udara lingkungan yang lebih rendah maka akan menghasilkan aliran listrik DC. Arus listrik akan mengalir pada handphone yang sudah terpasang pada socket kabel handphone sehingga batarai handphone akan mengalami pengisian arus listrik. Kreativitas ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2014. (dedy)