Kesempatan ke luar negeri bukanlah sekedar kebanggaan diri pernah menghirup oksigen di negeri orang. “Pergilah merantau ke negeri orang karena kita punya niat atau tujuan jelas,” terang Janu Muhammad, mahasiswa Pendidikan Geografi 2011. Janu adalah mahasiswa bereprestasi UNY yang telah familiar dengan perjalanan udara lintas negara melewati langit Australia hingga Eropa di umur 21. Beberapa program yang pernah diikuti Janu adalah program short course di Utrecth University, Belanda dan forum pemuda di Australia. “Foto-foto yang menunjukan bahwa kita di luar negeri bisa jadi menginspirasi, tapi karya kitalah inspirasi yang sebenarnya,” ungkapnya.
Kegemarannya mengikuti forum di tingkat internasional tentunya tidak cukup berlandaskan alasan ingin mencicipi negeri asing. Janu menuturkan, “Saya menyukai bidang pendidikan dan saya ingin bermanfaat di bidang ini.” Ia berpendirian bahwa kesempatan belajar dengan kultur dan suasana berbeda di negeri orang menantangnya untuk bisa lebih mandiri, open-minded, toleransi, dan disiplin. Pun tanggung jawab menjadi wakil bangsa Indonesia kepada masyarakat asing mengujinya untuk bisa memegang teguh nilai-nilai lokal dan agama yang ia yakini.
Menurutnya, pengembangan diri ini akan bermanfaat untuk membentuk karakter dirinya di masa depan. Ia juga meyakini, jaringan yang terjalin dan komunitas yang terbangun karena mengikuti forum-forum ini membantunya mewujudkan misi pendidikan yang kini ia rintis. Bahkan ia bisa menghubungkan profesor bidang Geografi dari Utrecht University dengan Jurusan Geografi FIS UNY untuk bisa memberikan guest lecturing.
Di dusun tempat ia tinggal, Janu juga menginiasi perpustakaan desa. Berawal dari program bakti sosial mahasiswa dan masyarakat, perpustakaan ini masih berjalan hingga dan terus menggeliat sejak Janu mengikuti forum-forum lain untuk mengembangkannya.
Berkat program yang ia tekuni di daerahnya, Gerakan Mari Berbagi (GMB) memperhitungkannya sebagai “pemuda di atas rata-rata”. Setelah mengikuti seleksi panjang sejak September 2013 dan menyisihkan 200 peserta, Janu akhirnya menjadi salah satu, bahkan yang termuda, dari 15 orang yang berhasil mendapat kesempatan mengikuti Homestay Program: Youth Adventure and Youth Leaders (5—26 November 2014) di Brisbane, Queensland, Australia. Ia pun menjadi satu-satunya wakil dari UNY dan Yogyakarta yang terpilih di program mulia ini.
GMB adalah Gerakan yang didukung Kementerian Pendidikan dan Olahraga RI dalam mengembangkan program leadership dan pengabdian pemuda kepada masyarakat. “Tidak seperti program pemuda lainnya, di sini ternyata kami mendapatkan banyak hal namun juga mempunyai program nyata sebagai bentuk kontribusi,” terang Janu. Ia pun berpesan kepada segenap mahasiswa UNY untuk turut berpartisipasi di kegiatan GMB 2015 dengan meng-update di website www.g-mb.org.
Pengalaman yang paling berkesan dari karantina GMB adalah ketika ia mendapat tugas ziarah diri untuk melancong ke dua daerah dengan bermodalkan Rp 100.000,00. Di daerah pertama kami menjadi peminta-minta, ibaratkan tangan di bawah. “Selama menjadi peminta-minta, kami bertemu dengan banyak orang dermawan. Walaupun di antara mereka yang kami temui adalah orang yang mengalami kesulitan ekonomi, mereka masih melayani kami layaknya tamu agung dengan berbagai bantuan,” ungkapnya terharu.
Ia pun juga mendapat perspektif berbeda tentang seorang polisi ketika ia bersama teman-temannya mendapat inapan satu malam di pos jaga polisi di daerah ketiga. Di hari kedua, ia berganti peran untuk memberikan bantuan kepada warga-warga yang membutuhkan. Dari momen ini, ia mendapat ilmu hikmah, “Ketika ada banyak keinginan yang kita dapatkan, kita sangat senang. Namun ternyata ketika kita memberi, kita mendapatkan lebih banyak kebahagiaan,” ungkapnya sumringah. (Febi)
[i1]2011