Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang agar bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan NKRI. Generasi muda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga suatu keselamatan bangsa dan negara.
Demikian dikatakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam bincang-bincang dengan sivitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta di Auditorium UNY, Kamis, 19 September 2014. Kegiatan ini dihadiri Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. beserta jajarannya dan ratusan mahasiswa UNY. Lebih lanjut KSAD mengungkapkan bahwa hal yang patut diwaspadai pada era sekarang bukanlah perang fisik menggunakan senjata api namun telah bergeser sesuai perkembangan teknologi menjadi perang proxy atau proxy war.
“Perang proxy merupakan konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. “Hal ini untuk mengurangi konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik yang beresiko pada kehancuran fatal.” Lebih lanjut lulusan AKABRI tahun 1982 tersebut mengungkapkan bahwa proxy war tidak mudah mengenali siapa kawan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actor dari jauh.
"Indikasi adanya proxy war di Indonesia di antaranya gerakan separatis, demonstrasi massa, sistem regulasi yang merugikan, peredaran narkoba, dan bentrok antarkelompok," kata Jendral TNI Gatot Nurmantyo. Menurutnya, pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter.
Untuk itu pemuda, dalam hal ini mahasiswa, harus membekali diri dengan ilmu, keahlian, dan keterampilan sesuai bidangnya. Wawasan luas, berpengalaman untuk membentuk karakter dan berwawasan kebangsaan sehingga mampu melawan dan mneghancurkan proxy war di Indonesia.
Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dalam sambutannya mengatakan bahwa agar tetap ada dan bertambah maju, Indonesia bertumpu pada 2 instutusi yaitu TNI dan kampus, di mana TNI akan menjaga NKRI dari serangan musuh sedangkan kampus akan mencegah penjajahan dari orang pintar. “Dialog seperti ini penting agar mempunyai common vision ke depan untuk mengawal Indonesia,” tutup Rektor. (dedy)