Sekelompok mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan aplikasi “ARTopeng” sebagai media interaktif pengenalan topeng nusantara. Kelompok yang terdiri dari Hardika Dwi Hermawan, Dias Aziz Pramudita, dan Anis Khoerun Nisa ini membuat “ARTopeng” dengan Augmented Reality berbasis komputer.
Hardika Dwi Hermawan atau Dika, sapaan akarapnya, menjelaskan bahwa sistem kerja aplikasi “ARTopeng” sangatlah mudah. “User cukup memakai ikat kepala yang ditempeli marker kemudian menghadapkan wajahnya ke komputer, dan secara otomatis wajah user akan berganti menjadi salah satu jenis topeng nusantara sesuai dengan marker yang dipakai,” jelas Dika.
“Aplikasi ini dapat diinstal dengan mudah dan hanya mensyaratkan jenis komputer atau laptop yang memiliki frontcam atau komputer dengan webcam,” ujar Hardika.
Aplikasi ini mengkolaborasikan teknologi Augmented Reality sehingga dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia maya secara realtime. “Hingga saat ini, kata Hardika, tim kami telah mengembangkan empat jenis marker yang mana dapat memberikan gambaran jenis topeng dari daerah Yogyakarta, Cirebon, Surakarta, dan Bali.”
“Tentunya ke depan kami ingin terus mengembangkan aplikasi ini karena di Indonesia sendiri memiliki puluhan atau bahkan ratusan jenis topeng yang tersebar di seluruh plosok negeri,” imbuhnya.
“Topeng-topeng tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa yang bahkan tidak dimiliki oleh negara lain. Jadi sudah sepatutnya untuk dilestarikan dan dikenalkan kepada para masyarakat bahkan dunia internaional.”
“Hingga saat ini saya belum pernah menemui media yang memudahkan kita untuk mengenal kebudayaan topeng nusantara dan dengan gelombang globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di Indonesia menjadi semakin terkikis keberadaannya, tidak terkecuali seni topeng,” ungkap mahasiswa angkatan 2011 ini.
“Aplikasi kami terbukti mampu melahirkan jenis interaksi baru antara manusia dan komputer dalam pengenalan budaya topeng nusantara melalui teknologi Augmented Reality sehingga harapannya aplikasi ini mampu menjadi media yang efektif untuk mengenalkan topeng nusantara Indonesia,” tegas Dika.
“Selain memberikan gambaran topeng secara realtime, aplikasi ini juga memberikan output suara tentang deskripsi topeng yang dikenakan user,” papar Dika.
“Aplikasi ini merupakan wujud peran dan tanggung jawab besar kami sebagai generasi muda untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan warisan-warisan luhur budaya bangsa.” (hryo)