Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Selama ini sektor pertanian menunjukkan daya tahan di tengah krisis ekonomi. Sektor pertanian yang mencakup pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Lahan pertanian yang cukup luas di Indonesia khususnya di pulau Jawa membutuhkan pengairan yang intensif untuk meningkatkan produk pertanian. Padahal akan sangat melelahkan untuk menyirami tanaman pada lahan yang cukup luas tersebut.
Oleh karena itu, sekelompok mahasiswa UNY membuat penyiram ladang sayur otomatis berbasis kemandirian energi yang dilaksanakan di Kelompok Pertanian Sedyo Rukun, Desa Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul yang merupakan wadah persatuan dan kebersamaan dalam tercapainya masyarakat petani yang modern dan sejahtera. Di desa ini jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian sejumlah 385 keluarga.
Fariz Budi Widada dan Anang Prasetyo dari Prodi Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY, Siti Efiyati dari Prodi Biologi FMIPA serta Indriyani dari Pendidikan Akuntansi FE mengaplikasikan alat penyiram ladang sayur otomatis berbasis kemandirian energi pada kelompok pertanian Sedyo Rukun, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk hasil pertanian.
Menurut Fariz Budi Widada di Karangrejek terdapat tiga kondisi masa pertanian yaitu masa pertanian padi 4 bulan, masa pertanian palawija 3 bulan dan masa pertanian sayur 5 bulan. Masa pertanian sayur adalah masa yang paling panjang karena pada masa ini kondisi daerah sangat mendukung untuk menanam berbagai sayuran. Namun kenyataan yang terjadi adalah teknologi yang digunakan untuk menyiram ladang sayuran tersebut masih manual sehingga sangat menyita waktu dan tidak efektif dalam pendistribusian air sehingga hasil produksi kurang maksimal.
“Untuk itu perlu adanya inovasi teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi, efisiensi waktu dan berbasis kemandirian energi,” katanya. Anang Prasetyo menambahkan bahwa alat ini terdiri atas beberapa komponen yaitu pompa air, inverter, solar cell, accu, mikrokontroler ATMega8, Modul SHT11 dan LCD. “Mikrokontroler ATMega8 adalah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan dapat menyimpan program didalamnya,” kata Anang. “Sedangkan Modul SHT11 digunakan sebagai alat pengindra suhu dan kelembaban dalam aplikasi pengendali suhu dan kelembaban.”
Alat ini dirancang untuk menyiram tanaman pada dua sesi, yaitu pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00. Cara kerjanya adalah modul SHT11 membaca sensor pada waktu-waktu tersebut, dan apabila terdeteksi kering maka modul akan memerintahkan pompa air untuk menyiram tanaman di ladang. Setelah ladang cukup basah atau hingga limit waktu yang ditentukan, pompa air akan berhenti menyiram tanaman.
Menurut Indriyani, output yang diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah tercapainya efisiensi waktu karena bekerja secara otomatis berdasarkan tingkat kekeringan tanah dalam melakukan penyiraman sayuran serta mengganti pompa air berbahan bakar bensin dengan solar cell. Inovasi ini berhasil meraih dana dari Dikti karena lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKMT) UNY. (dedy)