Debat menjadi salah satu cara menuangkan ketajaman berpikir dan rasionalitas mengkritisi gejolak kehidupan. Mengupas soal penjualan wilayah di suatu negara pun menjadi salah satu topik hangat yang diperdebatkan. “Tentunya, masalah ini bisa menimbulkan jurang pemisah antara negara maju dan berkembang,” jelas Arif Burhanudin (Sastra Inggris 2010) dan Egie Danarko (Sastra Inggris 2011) yang berhasil keluar sebagai juara I dalam ajang bergengsi kompetisi debat bahasa Inggris Asia English Olympics yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Sebagai tim oposisi saat grandfinal, Arif dan Egie jelas menolak argumentasi dari tim Methodist Medan yang mengatakan bahwa penjualan wilayah dari negara berkembang sah dilakukan, karena penduduk negara berkembang tidak bisa mengolah wilayah tersebut dengan baik. “Kalau masalahnya disebabkan penduduk yang seperti itu, seharusnya pihak yang berwenang bertugas mendidik dan memberi pengertian agar mereka paham,” debat Arif yang juga wakil Presiden UKM SAFEL 2013.
Melewati perdebatan sengit melawan Methodist Medan, ITB, dan Unsoed, akhirnya Tim UNY berhasil menjadi pemenang dalam Novice Category. Dalam lomba debat yang diselenggarakan sejak 17—22/2/2013 terdapat dua kategori, yaitu Main Category dan Novice Category. Main Category diperuntukkan bagi tim yang pernah keluar sebagai juara debat tingkat nasional atau internasional dan sebaliknya untuk Novice Category.
Ajang internasioanal yang diikuti 83 tim universitas ini merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan BINA NUSANTARA English Club (BNEC) dengan memperlombakan debate, scrabble, story telling, news casting, speech, dan short movie making. “Sebenarnya UNY mengirimkan 2 tim. Tim tersebut terdiri dari Tika Destiratri Setiawan dan Anisa Sukma Wantari, tetapi mereka tidak sampai final,” tutup Arif. (Fitriananda)