Kelompok Pengamat Burung (KPB) Bionic FMIPA UNY mengadakan ekspedisi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Ekspedisi yang dilakukan pada 18—30 April 2014 ini diikuti oleh sepuluh orang anggota Bionic UNY yang terdiri dari sembilan mahasiswa dan satu alumni Jurusan Pendidikan Biologi. Tema yang diusung adalah Studi Populasi dan Persebaran Burung Punai Besar (Treron capellei) di Taman Nasional Ujung Kulon dengan tujuan mengetahui besar populasi dan persebaran burung Punai Besar di TNUK.
“Kegiatan ekspedisi merupakan penelitian yang kami lakukan yang dibiayai oleh Direktorat Jendral Tinggi (Dikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2014,” jelas Ahmad Saiful Abbid selaku ketua tim ekspedisi. Pengambilan data dilakukan selama delapan hari di kawasan TNUK. Tim dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama melakukan pengamatan di sekitar Sungai Cigenter yang merupakan tempat catatan pertemuan terakhir burung Punai Besar dan tim kedua melakukan pengamatan di pulau-pulau yang berada di Resort Handeuleum.
Burung Punai Besar (Treron capellei) termasuk dalam famili Columbidae yang merupakan burung pemakan buah dan biji-bijian berukuran sedang (36 cm). Burung ini hanya tersebar di daerah tropis yang hanya ada di hutan dataran rendah sunda besar. Tren populasi yang cenderung menurun akibat degradasi habitat menjadikan burung ini mempunyai persebaran terbatas dan kemungkinan akan mengalami penurunan jumlah populasi. Sangat disayangkan jika burung penyebar biji tanaman untuk menjaga kelestarian hutan yang semakin rusak akan semakin sedikit keberadaannya.
Oleh International Unio for Concervation of The Nature (IUCN) burung ini dikategorikan sebagai burung berstatus rentan punah (vulnerable). Catatan terakhir tentang adanya Punai Besar di Jawa pada Oktober 1988 di air terjun Cigenter Taman Nasional Ujung Kulon berjumlah 10—15 ekor. Sementara data populasi dan pola persebaran Punai Besar di Jawa khususnya di TNUK sampai sekarang ini belum ada. Hal inilah yang melatarbelakangi ekspedisi KPB Bionic UNY.
Monica Rahmaningsih, pegawai TNUK, mengaku senang dengan adanya penelitian yang diadakan oleh KPB Bionic UNY ini. Beliau berharap kegiatan semacam ini harus mendapat dukungan karena dapat meng-update informasi tentang objek penelitian dan dapat menambah wawasan ilmu bagi masyarakat khususnya kalangan akademisi. Selain itu, apabila nanti TN Ujung Kulon akan melakukan penelitian tentang burung beliau juga berharap teman-teman dari KPB Bionic UNY siap melakukan kerjasama untuk melakukan penelitian.
Penelitian ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan, karena selama pengambilan data tim ekspedisi belum berhasil menemukan burung Punai Besar. “Kami belum berhasil menemukan burung Punai Besar. Hal ini bisa disebabkan kurang tercovernya seluruh kawasan yang kami jelajahi atau memang keberadaan burung Punai Besar di TNUK sudah tidak ada,” tegas Ahmad Saiful Abbid. Selain itu, kanopi pohon di hutan TNUK sangat rapat, sehingga menyulitkan tim dalam mencari burung yang lebih suka berada di atas pepohonan ini. Meski begitu tim berhasil mencatat sedikitnya 81 jenis burung yang berada di kawasan TNUK. Catatan ini menjadi data baru tentang keberadaan burung-burung di Taman Nasional Ujung Kulon. (Praja/witono)