Dalam kehidupan yang serba modern ini semua orang membutuhkan informasi sebagai hal yang hakiki karena tanpa informasi dapat menyebabkan masyarakat menjadi tersisih dan terbelakang. Perguruan tinggi sebagai suatu lembaga yang akan menghasilkan intelektual berkualitas di masa depan memerlukan perpustakaan sebagai sarana untuk penyebaran informasi. Oleh karena itu, untuk pengembangan perpustakaan di perguruan tinggi diperlukan pengembangan teknologi informasi. Demikian diungkapkan Winda Oktavia calon wisudawati UNY dalam sarasehan bertema “Sumbang saran pemikiran untuk kemajuan UNY” di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Kamis, 21 Februari 2013.
Sarasehan menampilkan 4 pembicara yaitu Winda Oktavia, Ahmad Faiq Abror, dan Vincentia Rosana Sri Susanti dari jenjang S1 serta Dian Prasetyowati, M.Pd. dari jenjang S2 yang diikuti oleh 132 orang calon wisudawan/wisudawati terbaik yang akan diwisuda Sabtu, 23 Februari 2013, di GOR UNY. Winda Oktavia, mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA itu melanjutkan bahwa perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang pesat.
“Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan, bukan dari besar gedung, jumlah koleksi buku ataupun jumlah pengunjung” kata Winda. “Perpustakaan digital juga menjembatani budaya ‘melek teknologi’ karena dengan perpustakaan digital mau tidak mau semua pemakai harus belajar menggunakan komputer”.
Sarasehan dibuka oleh Wakil Rektor I UNY, Prof. Dr. Nurfina Aznam, Apt., SU, yang berharap agar keberhasilan yang diperoleh dapat memberi dorongan, semangat, dan kekuatan untuk mengamalkan ilmu di manapun sekaligus juga menghasilkan prestasi-prestasi lainnya. Pembicara lain yaitu Vincentia Rosana Sri Susanti dari Prodi Pendidikan Bahasa Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni UNY mengemukakan bahwa etika Jawa pada zaman sekarang sangat diperlukan dan penting dalam kehidupan keseharian karena etika Jawa memiliki nilai moral yang arif dalam mengatur berbagai kehidupan masyarakat.
“Namun pada kenyataannya, etika Jawa sendiri sudah mulai pudar karena pengaruh budaya Barat,” kata Susanti. “Masyarakat sendiri sudah tidak dapat mempertahankan budaya yang dimilikinya disebabkan kurangnya rasa cinta pada budaya sendiri.” Susanti menambahkan bahwa untuk menumbuhkan kembali rasa cinta itu, masyarakat terutama generasi mudanya perlu diingatkan kembali dengan memperkenalkan bentuk etika Jawa yang selaras dengan kehidupan sosial, tidak kaku tetapi memiliki kekhasan tanpa isolasi kultural sekaligus belajar memahami keseimbangan dalam berolah rasa, jiwa, dan pikiran pada setiap insan yang telah mampu memposisikan keandalan budaya Jawa agar tetap eksis dalam konstelasi budaya global.
Ahmad Faiq Abror dalam makalahnya mengatakan bahwa apabila konsep paperless university diterapkan di UNY maka akan memberikan efek positif terkait pendokumentasian laporan penelitian karena dapat mengurangi jumlah kertas yang terbuang. Selain itu, paperless university juga bermanfaat untuk manajemen dokumen yang lebih baik, kenyamanan kerja lebih terjaga, hemat waktu dan hemat biaya. Sementara Dian Prasetyowati, M.Pd. menyoroti realita dan idealita membangun peradaban manusia melalui pendidikan. (Dedy)