Beberapa hal yang dikuatirkan pada abad ke-21 telah teridentifikasi dan dianalisa. Institusi sekolah dan perguruan tinggi harus berpikir universal dan tidak sempit. Dengan berubahnya masyarakat di era millenium institusi tersebut akan diberi peran baru, salah satunya adalah kebijakan untuk bekerjasama dengan dunia industri. Hal ini berimplikasi bahwa perguruan tinggi harus meluluskan alumni yang siap kerja. Untuk itu perlu ditilik kembali kurikulum yang berafiliasi pada dunia industri, kurikulum yang berbasis pada potensi siswa yang memberi perhatian pada pendidikan intelegensia, dan kompetensi yang berhubungan dengan dunia kerja.
Demikian dikatakan Prof. Dato’ Dr. Ibrahim Ahmad Bajunid dari INTI-Laureate International Universities Malaysia dalam International Conference on Educational Research dan Innovation (ICERI) 2014 di Hotel UNY, Rabu, 7 Mei 2014. Lebih lanjut Prof. Dato’ Dr. Ibrahim Ahmad Bajunid mengatakan bahwa isu tentang kerjasama universitas dan dunia industri telah dicermati dalam konteks ide universitas dan proses belajar mengajar.
“Beberapa perdebatan terkait dengan kerjasama industri-universitas bermunculan,” katanya. “Di antaranya ekspansi perguruan tinggi dengan beberapa programnya, serta yang lebih khusus, pada isu tentang lulusan yang belum bekerja.” Prof. Dato’ Dr. Ibrahim Ahmad Bajunid menambahkan bahwa isu yang banyak diperdebatkan adalah kurikulum yang kurang sesuai, penguasaan keahlian untuk dunia kerja serta kurangnya kompetensi dalam soft skills.
ICERI yang bertema Enhancing Educational Research for Developing a Person of Character ini dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dan diikuti oleh 130 guru, dosen, dan mahasiswa. Dalam sambutannya, Rektor mengatakan bahwa riset merupakan salah satu agenda penting dari tiga hal yang harus dilakukan akademisi. “Penelitian dosen merupakan usaha sistematis untuk menjawab beberapa pertanyaan,” kata Rektor. “Dimulai dari mengumpulkan dan menganalisa data, hingga menemukan dan mengembangkan pengetahuan melalui metode ilmiah.”
Menurut ketua pelaksana ICERI, Dr. Widarto, konferensi ini memberikan kesempatan bagi guru, dosen, praktisi pendidikan, mahasiswa, dan para pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan temuan penelitian yang relevan untuk mengembangkan praktik-praktik pendidikan yang tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga proses. “Konferensi bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan kebijakan pendidikan, inovasi dalam metode penelitian,” kata Dr. Widarto. “Juga melakukan networking antar lembaga yang berfokus pada diskusi empat pilar pendidikan yaitu dinamika kelas, pelatihan guru, belajar siswa, dan metode pengajaran.”
Pembicara Dr. Elizabeth Hartnell-Young dari Australian Council for Educational Research memaparkan pengalaman penelitian dan pelaksanaan pembelajaran siswa dan school improvement di Australia. Menurutnya, bukan hanya kualitas kinerja yang dikuatirkan pemerintah dan pendidik di Australia, namun juga kesenjangannya yang menjadi jelas terlihat. Beberapa kelompok seperti siswa pedesaan yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris atau pada siswa pribumi, sering ditemukan rendahnya prestasi.
“Pengalaman dan penelitian kami menunjukkan bahwa guru, peneliti, sekolah, dan sistem pembelajaran akan lebih bijaksana bila fokus pada pertumbuhan siswa, kelas, dan peringkat sekolah” katanya. Yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembelajaran, berbagi pengalaman antar sekolah, dan mengembangkan kemitraan dengan peneliti. (dedy)