Pebri Nurhayati, mahasiswa Bidikmisi dari Prodi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang juga sebagai mahasiswa berprestasi Fakultas Ilmu Sosial meraih kesempatan mewakili UNY di dalam kegiatan Indonesian Youth Dialogue Camp yang diselenggarakan di Jimbaran, Denpasar, Bali pada tanggal 9 sampai 11 April 2014.
Kegiatan ini merupakan hasil inisiasi peserta SUSI (Study of U.S. Institute on Religious Pluralism in United States) 2013 yang telah mengadakan kegiatan studi tentang agama dan pluralisme selama beberapa minggu di USA. Selain itu, kegiatan ini di bawah naungan Aminef, Study Embassy USA di Jakarta.
Hari pertama kegiatan dilakukan dengan diskusi seputar religius, pluralisme, dan perbedaan yang dibersamai oleh dr. Alfred Munzer, M.D. seorang dokter asal Holocaust Survivor USA, Dr. Racelle Weiman, Ph.D. asal Dialogue Institue (USA), dan Professor Eran Preis asal Temple University USA. Di sela-sela diskusi ketiga pembicara menyampaikan pentingnya menanamkan sikap menghargai perbedaan dan menjadikannya sebuah keindahan yang tak tergantikan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
“Kita tahu bahwa manusia telah diciptakan berbeda-beda dengan karakter yang luar biasa dan memiliki keunikannya masing-masing, begitu pula perbedaan warna kulit, bahasa, dan agama adalah sesuatu yang akan menjadi keindahan dunia. Kita perlu berdialog untuk tetap menjaga perbedaan ini,” tegas Racelle Weiman yang telah tahunan bergerak di Dialgue Institute, USA.
“Indonesian Youth Dialogue Elevate Your Life” demikian tema yang diangkat di dalam kegiatan ini. Peserta berasal dari berbagai penjuru wilayah Indonesia dengan latar belakang studi, usia, dan agama yang berbeda.
Hari ceremony closing kegiatan dihadiri oleh pembicara luar biasa yaitu: Alisa Wahid, putri Alm. Abdurahman Wahid yang terkenal sebagai Bapak Pluralisme, juga kepala pembangunan dan keuangan provinsi Bali, Tokuda Yor Ching Poon Kepala Global Peace Foundation Indonesia dan Dr. Racelle Weiman serta dr. Alfred Dialogue. Kegiatan yang dimulai pada pukul 19.00 WITA hingga pukul 22.30 WITA ini dihadiri oleh kalangan pemuda Bali yang kebanyakan berasal dari universitas dan bergerak di kegiatan kepemudaan.
Para peserta berharap setelah kembali dari kegiatan ini akan mendapatkan banyak inspirasi dan pelajaran terutama tentang perbedaan, religius, pluralisme, dan dialog sebagai salah satu solusi menyatukan ini semua. “Sangat luar biasa mengikuti kegiatan ini, menjadi pelajaran luar biasa bagi saya mengingat Indonesia adalah negara multikultural apalagi dunia betapa berbedanya kita. Oleh sebab itu, dialog yang menjadi penyatu kita,” ungkap Bayu mahasiswa asal Universitas Udayana.
Kegiatan penutupan ditandai dengan penyerahan sertifikat kepada pemuda terpilih IYD Camp asal berbagai daerah. (dedy/pebri)