Bagi yang berani mencoba dan mencoba, menjadi seorang wirausaha adalah pilihan karena berwirausaha bisa dipelajari, dilatih, dan dibentuk. Akan tetapi, bagi yang hanya suka bermimpi, menyerah sebelum memulai, dan selalu menilai kesuksesan seseorang tanpa melihat prosesnya berarti berwirausaha adalah warisan atau takdir.
Demikian dikemukakan Hendra Bayu, praktisi bisnis kuliner asal Semarang pada acara Pelatihan Kewirausahaan bagi mahasiswa FMIPA UNY, Jumat (11/4/2014) di kampus setempat.
Ciri seorang wirausaha, jelas Hendra, yaitu memiliki jiwa berkompetisi, berkeinginan untuk berprestasi untuk mendapatkan keuntungan, berani menanggung resiko (tahan uji, tambeng, atau ndableg). Selain itu juga harus optimis, enerjik, kreatif, inovatif, adaptif, komunikatif, dan punya managerial skill.
Peluang usaha bisa muncul dari hobi atau kesenangan pribadi, melihat ada kegunaan lain dari suatu barang, memanfaatkan produk/limbah dari produk lain, serta kebutuhan akan sesuatu yaitu produk atau jasa.
“Berbagai usaha bisa dicoba misalnya usaha bidang makanan. Untuk usaha tersebut perlu diperhatikan yaitu kebutuhan dasar, potensi pasar luas, ragamnya banyak, harga dari yang rendah sampai yang sangat tinggi,” lanjut praktisi yang juga seorang dosen di perguruan tinggi ini.
Macam usaha kecil yang bisa dilakukan, terangnya, misalnya dagang bakso, es buah, sembako, warteg, mie ayam. Untuk usaha tersebut tidak perlu ikut pelatihan. Tanya saja pada tetangga yang berjualan. Jika usaha tidak berjalan maka harus dievaluasi.
Pembicara lain, yaitu M. Lies Endarwati, M.Si., dari Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNY yang menjelaskan penyusunan business plan. Menurut Lies, pembuatan business plan sangat penting karena, “Kita membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini supaya kita bisa merumuskan apa saja yang akan kita lakukan, kemudian apa yang ingin dicapai, dan bagaimana cara mencapainya.”
Business plan, jelas Lies, merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan seluk-beluk rencana usaha/bisnis. Bentuknya bisa hardcopy atau softcopy. Business plan ini mencakup informasi status saat ini, kebutuhan mendatang, dan hasil yang diharapkan dari usaha baru tersebut.
“Misalnya kita akan membuka usaha makanan, buatlah inovasi yang baru dari makanan tersebut. Misalnya singkong. Dulu jika makan singkong maka diidentikkan dengan orang kampung. Tapi setelah dibuat inovasi menjadi singkung keju maka menjadi laris sekali. Yang makan bukan hanya orang kampung tapi orang perkotaan pun menjadi suka,” jelasnya. (witono)