“Impian anak-anak pedalaman Indonesia inilah yang membuat saya selalu bersemangat dalam mengajar. Hati ini benar-benar tersentuh ketika berkenalan dengan mereka. Satu persatu mereka mengungkapkan impian mereka di masa depan. Mereka ingin menjadi orang yang pintar, mereka ingin menjadi orang yang sukses seperti halnya orang-orang yang hidup di daerah perkotaan. Keterbatasan fasilitas yang ada di sekolah bahkan sampai keterbatasan tenaga pendidik tidak menyurutkan mereka untuk meraih impian mereka. Inilah yang selalu menjadi motivasi saya dalam mengajar.”
“Saya ingin membantu mereka meraih impian mereka. Mungkin saya tidak berperan besar dalam mewujudkan impian mereka, tapi saya bisa menjadi bagian terkecil yang membantu dalam mewujudkan impian mereka.” Inilah ungkapan hati Haryono, guru SM3T UNY yang ditempatkan di SMAN 8 Malinau, Kalimantan Utara. Alumni Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tersebut mengajar matematika di sekolah ini.
“Saya sedih karena mereka masih mengalami kesulitan untuk konsep dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian,” kata Haryono. “Tidak ada yang perlu dipersalahkan dalam hal ini, karena pada hakikatnya pendidikan itu ada karena untuk mengubah orang yang tidak tahu akan sesuatu menjadi paham akan hal tersebut.” Solusinya, Haryono mengadakan bimbingan belajar matematika di luar jam sekolah walau hanya diikuti oleh beberapa siswa karena kesibukan mereka di rumah.
Selain mengajar, Haryono bersama guru SM3T lainnya juga mengadakan kegiatan lomba menggambar dan mewarnai serta out bond bagi anak-anak SDN 006 Malinau Selatan. Perjalanan ke sana menggunakan angkutan bak terbuka dan tidak dapat dikatakan lancar karena medan yang dilalui berupa jalan yang belum diaspal dan naik turun perbukitan. Jalan ini pun merupakan jalan yang dilalui oleh mobil-mobil holing pengangkut batu bara.
Desa Long Adiu cukup jauh dari daerah perkotaan dan satu desa hanya dihuni tidak lebih dari 40 kepala keluarga Suku Dayak Merap. Hal ini membuat Desa Long Adiu sepi. Kegiatan seperti ini mungkin sudah biasa bagi mereka yang hidup di daerah perkotaan, tapi bagi masyarakat Long Adiu ini merupakan kegiatan yang langka dan sangat antusias sekali dengan kegiatan ini. Warga Long Adiu bergotong royong membantu untuk mensukseskan acara ini, dari bapak-bapak yang membantu mempersiapkan alat-alat lomba, ibu-ibu membantu memasak untuk konsumsi panitia dan peserta serta bantuan lainnya.
Pada saat hari-hari awal kedatangan di Malinau, warga Rejowinangun Kotagede Yogyakarta tersebut sempat terkejut karena harga makanan cukup mahal. Seporsi nasi goreng yang di Yogyakarta berharga Rp. 6.000,00 di Malinau bertarif Rp. 13.000,00. Sempat pula Haryono menyesal. Namun setelah menjalani kehidupan sebagai guru SM3T selama setahun, semuanya berubah. “Seharusnya setiap calon pendidik wajib mengikuti program SM-3T,” kata Maryono. “Karena dengan mengikuti program ini kepedulian para pendidik terhadap pendidikan akan semakin tinggi dan rasa cinta tanah air akan semakin besar.”
Menurutnya, seorang pendidik yang profesional itu bukan pendidik yang mempunyai sertifikat sertifikasi, tetapi seorang pendidik yang profesional adalah seorang pendidik yang dengan ikhlas mau berbagi ilmunya membantu generasi penerus bangsa untuk meraih mimpi-mimpi mereka. Guru bukanlah sebuah profesi yang hanya untuk mencari penghasilan semata, tetapi guru adalah sebuah lahan untuk berjihad memerangi kebodohan yang ada di muka bumi ini. (dedy)