Delegasi dari tiap negara yang tergabung dalam ICSEI (International Congress on School Effectivenes and Improvement) berkerumun di halaman depan Royal Ambarukmo pada Senin (6/1/2014) pukul 20.00 WIB. Malam itu, UNY –sebagai tuan rumah kongres internasional ICSEI— menyajikan acara Folk Art Performance and Dinner. Karena malam itu bernuansa kesenian, UNY menghadirkan Reog dan sesi acara dolanan anak yang khas Yogyakarta.
Alunan gending gamelan dimainkan, tari-tarian Reog pun menari dengan indahnya. Para peserta ICSEI dan jajaran pejabat UNY takzim menikmati seni tradisi peninggalan nenek moyang itu. Sesekali, pembawa acara menjelaskan makna dari cerita yang dibawakan melalui tiap gerakan tari-tarian Reog Ponorogo. Tokoh dalam ceritera itu ialah Klana Sewandono, Bujang Anom, Jatil, dan Warok. Reog ini mengisahkan perjuangan sang pangeran yang akan meminang sang putri. Namun, di pertengahan perjuangan itu, terjadilah konflik antara kekuatan baik dan buruk.
Sajian Reog itu berakhir di depan halaman Kedaton of R.A.H. Royal Ambarukmo. Para peserta ICSEI, pejabat UNY, dan tamu undangan yang hadir pun dipersilakan untuk makan malam di Kedaton of R.A.H. Sajian kuliner juga bernuansa Yogyakarta. Sego liwet, gudeg, hingga tiwul pun tak absen di daftar menu. Salah satu peserta yang bernama Patrick mengungkapkan kesenangannya atas perjamuan dan performa lokal yang diselenggarakan panitia. “Saya sangat senang dengan ini semua, semua serba khas Indonesia,” ungkapnya.
Pascamakan malam, peserta juga diajak untuk bermain permainan tradisional Jawa: Jaranan, Jamuran, dan Cublak-Cublak Suweng. Permainan itu diselenggarakan panitia untuk mengenalkan permainan khas local wisdom yang “jarang” dimainkan oleh masyarakat umum sekarang ini. Selain itu, serangkaian acara yang disajikan panitia –UNY— tak lain adalah untuk memperkenalkan pada dunia bahwa Indonesia itu kaya akan budaya. (Rony)