Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Kita, bangsa Indonesia, akan kehilangan harta yang sangat berharga jika melupakannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang salah satu bentuk kebudayaan adiluhung ini harus ditularkan pada semua generasi dan berbagai kalangan.
Guna memberikan teladan tentang apresiasi terhadap batik, 12 profesor wanita UNY, baik yang masih aktif maupun emeritus, mengadakan workshop membatik di sebuah joglo di wilayah Seyegan, Sleman. Workshop yang diadakan pada hari Minggu (27/1) tersebut menghadirkan Ismadi, S. Pd., M.A., dosen program studi Pendidikan Seni Kerajinan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai instruktur.
Para peserta tampak antusias dalam mengikuti acara ini. Pada akhir acara, dihasilkan sejumlah kain batik yang dilukis menggunakan corak yang telah disediakan. Di samping mendapatkan pengalaman yang berharga, mereka juga dapat meningkatkan apresiasi mereka sendiri terhadap kekakayaan budaya ini.
Prof. Suwarsih Madya, Ph. D., sebagai penggemar seni batik sekaligus pencetus acara ini memaparkan bahwa selain untuk menyalurkan hobi dan memberikan sumbangan kepada bangsa, workshop ini juga berhubungan dengan fungsi UNY sebagai lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK). “Karena UNY adalah sebuah universitas yang mendidik calon-calon guru, kegiatan-kegiatan semacam ini dimaksudkan untuk menginspirasi mereka agar mencintai budaya sendiri, dengan cara melestarikannya,”tandasnya.
Lebih lanjut, Beliau memaparkan alangkah baiknya jika Paguyuban Pencinta Batik didirikan di UNY sebagai wadah untuk menampung minat dan juga sebagai pusat kebudayaan, khususnya batik. Beliau juga berharap agar batik dan gamelan dijiwai oleh calon-calon guru, jika mereka dididik di Jogja. Dengan demikian kekayaan bangsa ini dapat dilestarikan secara turun-temurun kepada generasi-generasi mendatang. “Diharapkan agar warga UNY terdorong untuk melakukan hal yang sama guna nguri-uri kebudayaan tersebut.” ujar Beliau penuh harap. (tw/aw)