Dr. Dat Bao dari Fakultas Pendidikan, Monash University memberikan kuliah kepada mahasiswa semester lima PBI tentang Material Development in the Post-Methods Era (28/11—3/12/2013). Antusiasme terlihat dari animo mahasiswa yang tampak engaged dalam kuliah yang berlangsung interaktif ini. “Materinya mendukung mata kuliah yang sedang saya pelajari semester ini, English Instructional Technology, apalagi ini berkaitan dengan pengajaran post-method yang masih baru bagi saya,” ungkap Fitri, mahasiswa PBI angkatan 2011
Nuri Supriyanti, M.A., ketua panitia, menjelaskan latar belakang pemilihan topik pengajaran post-method dalam guest lecturing ini. Menurutnya, hal ini berpijak dari kondisi umum di ruang-ruang kelas yang notabene memiliki kebutuhan yang berbeda. “Konteks kelas di sekolah favorit dan yang non-favorit tentu berbeda. Konteks kelas kejuruan dan umum juga berbeda. Bahkan konteks di ruang-ruang kelas sejenis saja bisa berbeda pula,” jelasnya.
Untuk itu, calon guru perlu memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan siswa di kelasnya sehingga mereka bisa menggunakan metode terbaik yang sesuai dengan kelas tersebut. “Dalam pengajaran post-method, bukan berarti kita meninggalkan metode-metode yang sudah ada atau tidak perlu menguasai metode-metode tersebut, tapi kita mengambil sisi-sisi terbaiknya yang sesuai dengan konteks dalam kelas,” jelas Nury yang meyakini kelas ideal adalah yang berpusat pada siswa.
Dalam pengajaran post-method, Dr. Dat Bao, pakar pengembangan material, memberikan inspirasi tentang cara memberdayakan media untuk pengajaran, yaitu dengan gambar dan kartun. “Gambar yang sudah kita tentukan dapat menstimulasi pemikiran kreatif dan pemikiran kritis siswa,” jelasnya.
Di salah satu sesi, ia memberi contoh cara membantu pemikiran kreatif siswa dengan gambar. Gambar yang menunjukan emosi dan arti bisa menjadi bagian untuk menciptakan puisi, menulis judul buku, atau memilih lagu yang sesuai dengan gambar tersebut. “Siswa pun bisa diajak membayangkan karakter di sebuah gambar dan lihat saja nanti bagaimana siswa mau aktif mengungkapkan pikirannya,” terangnya. Tidak hanya tentang gambar dan kartun, Dat Bao bersama asistennya juga membahas empat topik lainnya, yaitu designing materials for the teaching grammar and vocabulary, workshop materials for speaking, listening, reading, and writing dan workshop on developing cultural content in materials.
Selama lima hari, Dr Dat Bao dan asisten tidak hanya membersamai mahasiswa. Keahliannya dalam desain kurikulum juga diwariskan pada dosen PBI dalam Internasionalisasi Kurikulum PBI (28/11—2/12/2013). Bersama dosen PBI, pria berdarah Vietnam ini berdiskusi tentang konsep kompetensi inti dan kompetensi dukungan bagi lulusan PBI hingga prinsip penentuan course subjects. Hasil diskusi ini menjadi pertimbangan Jurusan PBI yang segera mencanangkan kurikulum baru.
Dr. Dat Bao adalah pengajar aktif di Monash University. Ia juga beriwayat menjadi peneliti di Inggris, Australia, Cina, Filipina, dan Thailand serta sudah mempublikasikan 20 buku dan jurnal internasional. Di empat benua, ia telah banyak memberikan presentasi dan menjadi pembicara utama di berbagai konferensi. Selain desain kurikulum dan pengembangan material, keahliannya adalah classroom reticence, literacy development, intercultural communication, creative pedagogy dan visual pedagogy in Language Education. Ia juga juga seorang creative writer dan sastrawan dengan publikasi karya di Malaysia, Singapura, Hong Kong, Argentina, dan negara lainnya. (Febi)