Selama bulan Desember 2012, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2010 (semester V) FBS UNY menyelenggarakan pementasan teater dalam rangka ujian akhir mata kuliah di Gedung Pertunjukan Tejokusuma dan Panggung Terbuka FBS. Parade pementasan teater kali ini diramaikan oleh enam kelompok teater, dua kelompok dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) dan empat kelompok dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI).
Salah satu kelompok dari PBSI kelas L, Teater Layar, sengaja menampilkan pertunjukan naskah Aum karya Putu Wijaya di Panggung Terbuka FBS yang terletak di depan gedung kuliah IV. Pementasan ini mengusung tema pertentangan antara kelompok penguasa dengan orang-orang udik yang melakukan perlawanan dengan caranya sendiri. Naskah Putu Wijaya ini penuh dengan sindiran-sindiran meskipun untuk memahami pertunjukan tersebut perlu perenungan tersendiri karena naskah ini tidak seluruhnya bersifat realistik. Sepanjang pertunjukan penonton yang menjubeli halaman pementasan tidak bergeming hingga akhir pertunjukan. Malam itu hujan tidak turun.
Menurut Dr. Suroso, dosen pengampu mata kuliah Drama, pementasan Teater Layar di arena terbuka merupakan pilihan yang berani. Sepanjang pengalamannya mengampu mata kuliah ini di Jurusan PBSI sejak tahun 1990-an, baru kali ini pementasannya dilakukan di tempat terbuka, berlatarkan pohon beringin di bawah arahan Puthut Bukhori sebagai supervisor. Beliau juga mengungkapkan kebanggaannya terhadap anak didiknya yang mampu menyelenggarakan pentas berkualitas. “Ini merupakan pentas laboratori yang hampir dilakukan setiap tahun oleh sejumlah kelas di jurusan kami. Para mahasiswa telah menunjukkan karya kreatif yang mampu mengajak penonton untuk datang ke FBS UNY.”
Selain kelompok Teater Layar, Parade Teater Mahasiswa PBSI kali juga diramaikan oleh pertunjukan Teater Pat Li Kur (BSI kelas A) yang mengangkat naskah Dhemit karya Heru Kesawamurti pada 3 Desember. Kemudian disusul oleh Teater Setengah Tujuh (PBSI kelas M) yang mementaskan naskah Arifin C. Noer berjudul Kisah Cinta dan Lain-lain pada 8 Desember. Pementasan ketiga diselenggarakan oleh Komunitas Akar (PBSI kelas K) yang mengangkat naskah Nano Rinatiarno berjudul RSJ atau Rumah Sakit Jiwa pada 12 Desember.
Pementasan keempat dipersembahkan oleh Teater Sego Wungkus (PBSI kelas N) dengan naskah berjudul Bom Waktu karya Nano Riantiarno pada 20 Desember. Pementasan kelima dilakukan oleh Teater Layar pada 23 Desember. Dan terakhir, pementasan dipersembahkan oleh Komunitas Sederhana (BSI kelas G) yang mengadaptasi cerpen A.A. Navis berjudul Sebelum Pertemuan Dimulai. Pementasan Komunitas Sederhana pada 28 Desember ini menandai akhir pentas parade tahunan tersebut. Setelah pertunjukan terakhir selesai, seluruh pimpinan produksi keenam kelompok teater tersebut berfoto bersama di atas Panggung Tejokusumo yang selama pementasan selalu dipenuhi oleh penonton. Bahkan seringkali sejumlah penonton terpaksa ditolak masuk karena sudah memenuhi kapasitas gedung.