Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

KISAH FAYSAL ARIFIN, GURU SM3T UNY DI MALINAU KALIMANTAN TIMUR

$
0
0

Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, utamanya di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) antara lain adalah permasalahan pendidik, seperti kekurangan jumlah (shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competensencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidik dengan bidang yang diampu (mismatched). Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan adalah angka putus sekolah yang masih relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah.

Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara khusus dan sungguh-sungguh, utamanya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut agar daerah 3T dapat segera maju bersama sejajar dengan daerah lain. Hal ini menjadi perhatian khusus Kementerian Pendidikan Nasional dengan mengadakan program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) yang merupakan bagian dari program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang diprakarsai oleh Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam program ini, para sarjana pendidikan direkrut, dipersiapkan, dan diterjunkan di wilayah pengabdian. Selain mengajar, mereka juga melakukan kegiatan kemasyarakatan.

Salah satu pesertanya yaitu Faysal Arifin yang ditempatkan di SMPN 3 Malinau Utara Kalimantan Timur. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah tingkat SMP yang ada di Kecamatan Malinau Utara dengan kepala sekolah Yudan, S.Pd. M.Pd. Menurut alumni prodi Pendidikan IPA Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta tersebut, sekolah ini mempunyai 21 orang guru dan karyawan serta terdiri dari 3 kelas, di mana kelas VII—IX masing-masing ada 1 kelas. “Siswa-siswa berasal dari desa Tanjung Lima dan sekitarnya seperti Malinau Seberang dan Tajan, serta dari Malinau Kota,” kata Faysal.

“Ruang pendukung lainnya hanya ada kantor guru, perpustakaan, dan satu ruang serba guna yang digunakan untuk laboratorium dan juga ruang belajar tambahan.” Pada tahun 2000 jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Malinau hanya sebanyak 96 unit sekolah yang terdiri dari 4 unit TK, 76 unit SD, 11 unit SMP, dan 4 unit SMU. Pada tahun 2010 keadaan ini telah mengalami perubahan yaitu menjadi unit TK, 87 unit SD, 25 unit SMP, 13 unit SMU, 4 unit SMK, dan 1 unit  perguruan tinggi. Pesatnya perkembangan jumlah sekolah diikuti pula dengan adanya peningkatan mutu dan kualitas bangunan sekolah itu sendiri, di mana saat ini sekolah-sekolah di kecamatan perbatasan dan pedalaman sudah berkonstruksi beton.

Warga desa Donomulyo, Bumi Agung, Lampung Timur tersebut menambahkan bahwa mayoritas orang tua murid SMPN 3 Malinau Utara hanyalah lulusan SMP dan SD, bahkan banyak di antaranya yang tidak lulus SD. Oleh karena itu, dukungan orang tua siswa untuk belajar masih kurang sehingga pemerintah kabupaten Malinau mengusahakan penyuluhan dan pemberian fasilitas belajar untuk warganya. “Siswa SMPN 3 Malinau Utara kemampuan belajarnya sangat kurang dengan umur yang seharusnya sudah SMA baru mengenyam bangku kelas VII SMP,” kata Faysal. “Selain itu, ada siswa yang sudah kelas VII dan kelas VIII namun masih mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.”

Pada saat musim panen, banyak siswa yang membantu orang tuanya memanen padi, sehingga banyak siswa yang ijin tidak masuk sekolah untuk membantu memanen di kebun. Terkadang ada juga yang masih usia muda dan masih masa belajar malah sudah menikah, dan hal itu sering terjadi. Proses pelaksanaan layanan bimbingan bagi siswa yang membutuhkan dilakukan oleh peserta SM-3T berlangsung selama siswa membutuhkan secara efektif dan efisien. Pemberian layanan tambahan atau les untuk siswa kelas VII—IX diberikan 4 kali seminggu meliputi beberapa pelajaran, yakni matematika, IPA, TIK, dan Agama Islam mulai pukul 15.00 hingga 17.00 di sekolah. Selain pelayanan bimbingan, peserta SM3T juga memberi bantuan administrasi pendidikan di sekolah.

Setelah peserta SM-3T di Kecamatan Malinau Barat melihat kondisi geografi, sosial budaya serta SDM yang ada, para guru SM-3T yang berada di Kecamatan ini membuat program kegiatan posdaya seperti mengajar mengaji kepada murid dan keluarga muslim di desa, mengikuti mabit dan juga dalam rangka dakwah serta memberikan bantuan para mualaf dalam mempelajari dan melaksanakan agama Islam secara baik untuk menumbuhkan tingkat persaudaraan dan pengembangan agama Islam di Malinau serta membantu siswa mempersiapkan LPI (Liga Pelajar Indonesia) dalam olahraga sepakbola karena olahraga merupakan hal yang penting utuk melaksanakan hidup yang sehat. Selain itu, siswa mempunyai motivasi yang sangat tinggi dalam olahraga sepakbola sehingga motivasi itu perlu dibina dan didukung agar berkembang ke arah yang benar dan menghindari hal buruk seperti narkoba serta miras. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles