Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus yang menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi pendidikan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kehidupan para pelajar yang kurang memperhatikan tugas utamanya sebagai pelajar, yakni belajar. Masih banyak pelajar yang senang tawuran, kebut-kebutan di jalanan, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung merugikan orang lain.
Bisa dipastikan, siswa yang seperti ini belum memiliki soft skills seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari harapan. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bertujuan mengembangkan logika, kemampuan berpikir, dan analisis peserta didik. Ini menunjukkan bahwa IPTEK merupakan kelompok mata pelajaran yang tujuannya tidak secara eksplisit untuk membangun karakter termasuk soft skills lulusannya. Faktor inilah yang memfokuskannya pada IPTEK, khususnya pada pembelajaran Teknik Mesin. Pembelajaran yang tidak secara eksplisit bertujuan membangun karakter, namun lulusannya dituntut memiliki hard skills dan soft skills.
Demikian diungkapkan Prof. Dr. Badrun Kartowagiran dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran Teknik Mesin pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Optimalisasi Evaluasi Pembelajaran Teknik Mesin melalui Logic Model untuk Meningkatkan Soft Skills Lulusan” itu dibacakan di hadapan rapat terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Senin, 10 Juni 2013. Prof. Dr. Badrun Kartowagiran merupakan guru besar UNY ke-121.
Lebih lanjut, lulusan doktor Psikologi/Psikometri dari UGM tersebut mengatakan bahwa penelitiannya didasarkan pada temuan tahun 2012 terhadap pelaksanaan Standar Proses Pembelajaran pada Jurusan Teknik Mesin di 15 SMK di DIY, yakni 5 SMK swasta dan 10 SMK negeri. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 SMK yang implementasi Standar Prosesnya termasuk katagori baik, dan semuanya SMKN,” kata Prof. Dr. Badrun Kartowagiran.
“Ini berarti bahwa masih diperlukan kerja keras untuk membenahi pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin, khususnya di SMK swasta. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin.” Menurutnya, optimalisasi evaluasi yang dimaksud adalah usaha memaksimumkan hasil evaluasi dan pemanfaatannya. Jangan sampai hasil evaluasi tidak tepat sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Atau, hasil evaluasi suatu komponen program sudah tepat namun karena antar-komponen tidak saling terkait maka hasil evaluasi juga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal
Pria yang lahir di Bantul, 25 Juli 1953 tersebut menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran teknik mesin dapat optimal manakala cara evaluasi yang digunakan adalah logic model. Apabila logic model ini diterapkan pada evaluasi pembelajaran teknik mesin, evaluasi itu akan menjadi optimal karena komponen program secara logis saling mengkait. Komponen yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan cepat dan tepat karena tidak hanya mempengaruhi hasil akhir tetapi juga mempengaruhi komponen sesudahnya. Kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dengan output karena program dan evaluasinya dirancang secara bersama-sama, dan hasil evaluasi suatu komponen digunakan untuk memberi masukan pada komponen lainnya. Program yang dimaksud memiliki komponen-komponen yang secara sistematis dan logis saling berhubungan yakni antara komponen program dengan komponen program lainnya dan perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program.
“Dengan demikian, evaluator mengenali dengan baik komponen-komponen program yang akan dievaluasi dan keterkaitan antar-komponen, sehingga kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dan output serta hasil evaluasi betul-betul dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran yang pada gilirannya mampu meningkatkan soft skills lulusan,” tutup Prof. Dr. Badrun Kartowagiran. (dedy)