Selain mengajar, para guru SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal) juga saling berkunjung. Kunjungan ini merupakan salah satu program dari pengurus untuk mengetahui keadaan dan mengetahui kinerja rekan-rekan SM-3T di penempatan sekaligus mempererat silaturahmi sesama SM-3T. Seperti yang dilakukan guru SM3T penempatan Sambas Kalimantan Barat. Mereka mengunjungi rekan kerjanya yang bertugas di desa Seret Ayon, kecamatan Tebas, kabupaten Sambas, Ahmad Solihun dan Nanang Budi Nugroho. Ahmad dan Nanang mengajar di SMP N 10 Satap Tebas.
Para guru tersebut adalah Ketua Kabupaten Sambas, Bamas yang ditempatkan di Galing, Priyadi (penempatan Galing), Toro (penempatan Galing), Appri (penempatan Galing), Anita (penempatan Pemangkat), dan Dina (penempatan Sambas) serta Ary Anggara (penempatan Subah). Ahmad dan Nanang menjemput para guru tersebut di kota kecamatan Tebas. “Pada saat penjemputan hujan turun” kata Ahmad “Ini merupakan anugerah karena bila hujan ada air untuk minum dan memasak”. Hujan menyebabkan jalan yang saat musim kemarau berdebu berubah menjadi super becek karena jalan masih berupa tanah, tanah pasir dan tanah liat.
Perjalanan yang ditempuh tidaklah semudah yang disangka. Untuk sampai ke kota kecamatan mereka harus melewati pinggiran hutan belantara yang masih alami. Juga deretan perkebutan sawit milik perusahaan. Sepeda motor menjadi satu-satunya alat transportasi untuk akses ke kota karena tidak adanya angkutan umum. Memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan hingga sampai di kota kecamatan. “Setelah kami berkumpul, langsung meluncur menuju daerah penempatan yang jaraknya sekitar 50-60 km dari kecamatan” kata Nanang “Jaraknya jauh, sehingga masih banyak juga orang Tebas yang tidak tahu daerah Seret Ayon”. Sore hari mereka berangkat, baru beberapa kilometer berjalan mereka sudah disambut dengan jalan yang licin berlumpur, karena hujan yang baru turun membuat jalan becek. Jalan yang rusak ini seringkali membuat truk pengangkut sawit atau tanki pengangkut minyak sawit terjebak atau terperosok dan menyebabkan kemacetan. Selain melewati jalan licin berlumpur, untuk sampai ke penempatan juga harus melewati empat perkampungan Dayak yang banyak anjing dan babinya. Menurut warga setempat hukum adatnya masih kuat, misalnya menabrak babi akan dihukum adat dengan denda yang mahal. Jalan yang naik turun, licin, dan becek menjadi keharusan untuk dilewati, tanah yang lengket membuat ban sulit berputar. Setelah sekitar 3 jam perjalanan akhirnya rombongan sampai di depan rumah panggung tempat tinggal Ahmad dan Nanang. Kelelahan terlihat jelas di raut wajah mereka yang langsung mencari tempat untuk istirahat. "Jalannya luar biasa" kata Bamas. Ini menjadi salah satu pengalaman yang berkesan bagi para guru SM3T Sambas.(ahmad solihun)