Kehidupan masyarakat saat ini dihadapkan pada banyak permasalahan seperti menurunnya tata krama dan etika dalam kehidupan sosial, baik di lingkungan keluarga, sekolah (madrasah), maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya. Hal ini terjadi karena berbagai hal, salah satu penyebabnya adalah kurang optimalnya pembelajaran agama islam khususnya di sekolah dalam hal ini madrasah.
Dalam proses pembelajarannya, pendidikan agama Islam (PAI) di madrasah belum disajikan secara menarik dan tidak kontekstual, sehingga terkesan membosankan. Metode yang dipergunakan masih cenderung monoton, mempergunakan doktrin-doktrin, sehingga proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru.
Penyampaian pembelajaran PAI di Madrasah Aliyah kurang berintegrasi dengan program pendidikan non agama. Selin itu, kinerja guru PAI secara umum belum menunjukkan hasil yang positif, baik dari segi penguasaan konsep dan materi, perencanaan, dan pelaksanaan evaluasinya. Di sisi lain sikap siswa dalam pembelajaran PAI belum mencerminkan nilai-nilai keagamaan, yang berarti ada permasalahan serius dalam pelaksanaan pembelajaran PAI.
Fenomena seperti ini menunjukkan semakin kuatnya kebutuhan optimalisasi penyelenggaraan PAI di Madrasah, sehingga mampu menjadi dasar berfikir dan bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Diharapkan hadir sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan yang semakin berkembang ini.
Anidi, seorang pegawai Kementerian Agama Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara mencoba meneliti fenomena di atas untuk menemukan sebuah solusi. Penelitian dengan melibatkan siswa, guru, dan kepala madrasah pada 15 madrasah di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara menghasilkan sebuah produk dengan judul “Model Evaluasi Pembelajaran PAI pada Madrasah Aliyah”.
Produk penelitian di atas dipromosikan dalam ujian terbuka Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada akhir Desember lalu di depan dewan penguji yang dipimpin oleh Dr. Moch. Bruri Triyono. Menurut mahasiswa S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) ini, dalam proses pembelajaran aspek yang perlu diperhatikan antara lain kinerja guru, motivasi belajar siswa, iklim kelas, dan pemanfaatan fasilitas pembelajaran. Kualitas atau proses pembelajaran akan lebih baik apabila melibatkan guru yang berkualitas/kompeten di bidangnya, siswa yang berkualitas (cerdas, memiliki motivasi belajar tinggi, dan sikap positif dalam belajar). Selain itu, dukungan fasilitas pembelajaran yang cukup baik, dari segi ketersediaan maupun pemanfaatan (utility) semakin meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Akhirnya, peneliti mengharapkan agar produk ini dapat dijadikan pedoman dalam mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran PAI karena mampu menyentuh sisi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara komprehensif. Seorang guru hendaknya mampu menjadi suri teladan yang baik, menjaga kinerjanya, menciptakan iklim kelas yang kondusif, memberi motivasi, dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. (Rubiman)