Sejarah perkembangan senam dimulai pada awal 2600 SM ditandai dengan kegiatan masyarakat Cina berlatih serangkaian gerakan senam medis yang disebut kung fu. Mereka beranggapan bahwa penyakit yang ada pada tubuh manusia sebagai akibat aktivitas tubuh yang kurang, sehingga mereka mengembangkan latihan gerakan yang sifatnya untuk medis disebut senam atau kungfu. Latihan tersebut menggabungkan unsur gerakan tubuh dengan latihan pernapasan untuk membantu meningkatkan fungsi organ, sehingga dapat memperpanjang hidup dan menjamin keabadian jiwa. Senam masuk Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dan diajarkan di sekolah melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran senam ini harus mampu mencapai kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dalam bentuk tiga ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Demikian diungkapkan Prof. Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Senam pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Senam Melalui Portofolio” itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY (28/12). Prof. Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd merupakan guru besar UNY ke-133.
Pria kelahiran Pekalongan, 6 Agustus 1962 tersebut mengatakan bahwa dalam belajar senam, anak memiliki kesempatan untuk belajar dan menggunakan perilaku yang dapat diterima dalam kegiatan fisik. “Disini anak belajar bekerjasama berbagi ruang dan peralatan dengan anak lain” kata Prof. Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd “Sehingga anak memahami dan menghargai adanya perbedaan individual”. Anak belajar untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain tanpa memandang perbedaan pribadi seperti jenis kelamin, suku, dan tingkat kemampuan. Mereka belajar untuk memperlakukan orang lain dengan hormat dan menyelesaikan konflik dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial. Senam harus memberi peluang sukses bersama melalui komunikasi interpersonal dan dengan terlibat dalam kegiatan senam, siswa dapat belajar untuk menikmati partisipasi sendirian dan dengan orang lain. Mereka dapat belajar untuk mengasosiasikan perasaan positif dengan partisipasi. Sebagai siswa memperoleh kompetensi, mereka menguasai keterampilan sederhana dan menjadi siap untuk tantangan pekerjaan yang semakin sulit. Ketika diberi kesempatan untuk mengembangkan urutan gerakan berdasarkan tingkat keterampilan perkembangan, siswa dapat menunjukkan pekerjaan mereka sebagai sarana ekspresi diri.
Doktor bidang Pendidikan Olahraga UNJ tersebut mengemukakan, portofolio dalam dunia pendidikan adalah sekumpulan informasi pribadi yang berupa catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam pendidikannya. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam belajar secara mandiri atau kelompok untuk menguasai atau memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan melalui belajar secara mandiri atau dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan. Portofolio untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA dipandang sebagai kumpulan seluruh hasil dan prestasi belajar peserta didik. Dokumen setelah terkumpul lalu diseleksi yang akhirnya membuat refleksi pribadi, selanjutnya catatan hasil kegiatan tersebut dinilai atau dievaluasi.
Warga Perum Purwomartani Baru, Kalasan, Sleman tersebut menyimpulkan bahwa melalui prosedur yang tepat portofolio dapat digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan pembelajaran senam. Portofolio menjadi pilihan yang tepat sebagai pendekatan pembelajaran senam karena memberi kesempatan peserta didik menganalisis situasi dalam belajar gerak senam, melalui tugas yang disusun bersama antara guru dan peserta didik. Laporan portofolio yang disusun oleh peserta didik dalam belajar gerak senam berisi uraian tentang usaha peserta didik dalam belajar gerak senam dan upaya mengatasi hambatan belajar, serta usaha peningkatan diri dalam mempelajari materi gerak dalam senam baik mandiri atau berkelompok. “Peserta didik diberi kesempatan untuk menemukan cara belajar senam, memecahkan masalah yang terjadi dan cara mengatasinya” tutup Prof. Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd. (dedy)