Gayo Lues salah satu kabupaten sasaran SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) UNY merupakan wilayah diujung Pulau Sumatra. Kabupaten Gayo Lues termasuk kabupaten hasil pemekaran Aceh Tenggara. Wilayahnya perbukitan dan pegunungan oleh karena itu mendapat julukan “Negeri Seribu Bukit”. Kondisi Geografis inilah yang menyebabkan Gayo Lues disebut demikian. Demikian dikisahkan Rista Wahyu Mahanani, guru SM3T UNY. Alumni prodi pendidikan biologi FMIPA UNY tersebut ditempatkan di SMPN 4 Blangkejeren. Blangkejeren adalah salah satu kota kecamatan. “Untuk mencapai daerah ini dibutuhkan 8-10 jam perjalanan darat dari kota Medan atau 12 jam dari Kota Banda Aceh” kata Rista “Jalan menuju ke arah Gayo Lues di dominasi dengan tikungan, tanjakan dan turunan, selain itu akan sering menjumpai longsoran karena jalanan berada di tebing perbukitan”.
SMP N 4 Blangkejeren berlokasi berada di tengah sawah kaki bukit. Lokasi SMP dulunya merupakan perbukitan yang di longsorkan karena akan dibangun sekolah. SMP 4 Blangkejeren merupakan sekolah negeri dengan bantuan Australia dan baru berdiri selama dua tahun. Secara kelengkapan sekolah, SMP ini masih kurang lengkap. Peralatan dan media belajar masih kurang, sehingga harus meminjam ke sekolah lain. Ruangan juga masih standar untuk sekedar belajar di kelas. Laboratoriaum dan peralatannya belum ada. “Pengalaman mengajar pertama saya adalah dengan siswa kelas VIII mata pelajaran IPA” kata Rista “Semangat dan antusias siswa dalam menyambut saya sebagai guru baru sangat besar”. Belajar dengan mereka juga memberikan pelajaran bagi Rista sendiri. Metode belajar harus juga disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi lingkungan karena pemahaman dan kemampuan siswa sangat beragam dan terpaut jauh. “Di satu sisi siswa sangat pandai namun di sisi lain ada juga siswa yang kurang. Belajar IPA saya tekankan pada pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah, karena tidak dipungkiri bahwa alam Gayo Lues luar biasa untuk dijadikan lokasi belajar” kata gadis kelahiran 9 Juli 1992 tersebut.
Sejak awal bertemu dengan siswa kelas VII dan VIII Rista sudah memberikan banyak gambaran mengenai kognitif mereka. Secara khusus Rista memberi perhatian pada Amanda, siswa kelas VIII yang kemampuan menangkap pembelajarannya sangat baik. Nilainya jarang dibawah 8. Selama sekolah di SMP N 4 Blangkejeren Amanda sudah dua kali mewakili perlombaan dan mendapat juara. “Saya rasa anak ini bisa sangat berkembang ketika didukung oleh sarana dan prasarana sekolah” ujar Rista. Sayangnya atmosfer belajar di sekolah masih tidak stabil, terutama untuk siswa – siswa yang kurang antusias belajar. Hal ini membuat Rista mengganti metode belajarnya. Siswa diminta membawa objek IPA ke sekolah dan cara ini ternyata efektif untuk mereka belajar. Pada intinya siswa harus terus disemangati dalam belajar dan penanaman cita – cita membawa dampak positif pada mereka.
Banyak mutiara – mutiara Gayo Lues yang masih tersembunyi, mereka menanti untuk di munculkan ke permukaan, tampak berkilau. Pendidikan adalah investasi masa depan, dan semestinya siswa diberikan fasilitas pendidikan sebagaimana mestinya. Keterbatasan bukan alasan utama untuk tidak maju, selamanya akan sama ketika tekad belum dibentuk. Siswa – siswa disana perlu dibentuk motivasi dan pentingnya belajar saat ini. Masa depan tidak bisa digapai tanpa usaha dari kecil. Salah satu caranya belajar di kelas dan diselipi penanaman cita – cita adalah dengan menggunakan pohon impian. Pada akhir pengabdian Rista bersama para siswa membuat pohon impian. Mereka menuliskan cita- cita masing masing pada daun dan menempelkannya dengan tekad bahwa inilah alasan untuk terus giat belajar untuk masa depan. Merekalah pelita masa depan di ujung barat Indonesia. (dedy)