Indonesia adalah negara pengonsumsi tahu terbesar di dunia. Selain harganya yang murah tahu juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Namun dibalik itu limbah yang dihasilkan dari pembuatan tahu juga cukup mengganggu lingkungan. Oleh karena itu sekelompok mahasiswa UNY berkreasi dengan memanfaatkan limbah tahu tersebut. Mereka mengubah limbah tahu tersebut menjadi makanan yang akrab di masyarakat yaitu kerupuk. Nirmalasari, Intan Muara dan Atanasia Harliani dari Prodi Pendidikan Teknik Boga FT, Riadlatul Aeni Prodi Pendidikan Bahasa Jerman FBS serta Maelani Indaswari Prodi Biologi FMIPA membuat kerupuk tersebut dalam berbagai varian rasa seperti rasa balado, seledri dan taburan ikan teri.
Menurut ketua kelompok Nirmalasari mereka membuat kerupuk dari ampas tahu karena ampas tahu sendiri masih kaya akan nilai gizi yang tinggi, namun masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam ampas tahu itu sendiri banyak mengandung asupan gizi yang masih tersisa dari pembuatan tahu sebelumnya. “Kami buat ampas tahu menjadi kerupuk karena makanan ini sangat familier di kalangan masyarakat” kata Nirmalasari “Apalagi ampas tahu berbahan dasar kedelai yang merupakan bahan makanan bergizi tinggi”. Intan Muara menambahkan bahwa kandungan gizi per 100 gr ampas tahu diantaranya energi sebanyak 75 kkal, karbohidrat 10,7 gr, protein 4,1 gr, lemak 2,1 gr, kalsium 203 mg, fosfor 60 mg, zat besi 1,3 gr, vitamin B1 sebanyak 0,07 mg, dan vitamin C sebanyak 82,5 mg. “Dari banyaknya kandungan vitamin ini jelas bahwa kerupuk ampas tahu baik untuk dikonsumsi” kata Intan. Apalagi ditunjang dengan banyaknya pabrik tahu yang ada sehingga ketersediaan bahan baku kerupuk sangat berlimpah.
Maelani Indaswari menjelaskan cara pembuatan kerupuk ampas tahu tersebut. Alat yang diperlukan adalah pemeras, pengaduk adonan, pengukus, pisau dan telenan, wadah penjemuran dan wajan “Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah ampas tahu yang sudah dikukus, tapioka, garam, bawang putih dan merica” kata Maelani. Proses pembuatannya adalah ampas tahu diperas dengan mesin pemeras agar higienis untuk mengurangi kadar airnya. Setelah itu ampas dikukus selama 30 menit, bumbu berupa bawang, garam, merica digiling sampai halus. Ampas yang telah dikukus lalu dicampur dengan tapioka dan bumbu kemudian diaduk sampai rata dan dikukus kembali selama 2 jam sampai bagian tengah adonan menjadi matang. Adonan matang ini diangkat dan diangin-anginkan selama 3-5 hari hingga mengeras agar mudah dipotong dan dicetak sesuai motif yang diinginkan. Kerupuk basah lalu dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Kerupuk yang sudah kering akan mudah dipatahkan. Kerupuk lalu digoreng dalam minyak panas hingga matang dan mekar. Langkah terakhir yaitu pengemasan, kerupuk ampas tahu yang telah digoreng dibungkus menggunakan alat pengemas agar sirkulasi udara terjaga sehingga membuat kerupuk ini bertahan lama.
Riadlatul Aeni mengatakan bahwa kelebihan dari produk ini adalah selain memakai ampas tahu yang harganya terbilang murah sebagai bahan dasarnya, juga mengunggulkan dari segi rasa dan bentuk yang menarik dan beda dari yang lain, sehingga bukan hanya anak-anak namun remaja dan orang tuapun tertarik untuk mengonsumsinya. “Produk ini pun dapat bersaing dengan makanan atau cemilan lain yang rata-rata adalah makanan ringan modern” katanya. Hal ini juga merupakan peluang bagi pelaku wirausahawan dalam lingkup masyarakat untuk berbisnis kerupuk ampas tahu yang merupakan makanan penuh nutrisi. (dedy)