“Saat ini indeks daya saing Indonesia memang sedang menurun namun dari kajian yang kami lakukan menunjukkan potensi besar kebangkitan bangsa ini beberapa tahun kedepan dan bonus demografi yang dimiliki Indonesia menjadi faktor utama yang akan mengantarkan Indonesia menuju kemajuan. Bahkan berdasarkan penelitian, perekonomian Indonesia akan menempati posisi tujuh besar dunia pada 2030. Itu karena pada 2020 hingga 2030 Indonesia memiliki 70% warga negara usia produktif,”tutur Direktur Pembelajaran Ditjen Belmawa Kemenristekdikti, Dr. Paristiyanti Nurwadani, saat menjadi Keynote Speaker dalam International Conference on Vocational Education and Training (ICVET) 2016 di Hotel Sheraton (15/09)
Ditambahkan Dr. Paristiyanti Nurwadani, untuk memaksimalkan usia-usia produktif para generasi muda tersebut, pendidikan vokasi memiliki peranan penting. Karena pendidikan vokasi berfokus pada pengembangan keterampilan yang mana adalah modal utama yang dibutuhkan generasi muda untuk bersaing
Namun dari lebih 4.400 perguruan tinggi di Indonesia dengan lebih dari 70 juta mahasiswa, hanya 240 ribu mahasiswa yang berasal dari pendidikan vokasi. Maka dari itu, pemerintah saat ini terus memberikan perhatian khusus kepada pendidikan vokasi.
“Saat ini, perguruan tinggi yang berbasis vokasi masih amat sedikit. Padahal saat ini, yang dibutuhkan oleh dunia kerja adalah para tenaga kerja yang terampil sehingga Kemristekdikti terus menggalakkan pengembangan sejumlah politeknik maupun institusi yang berbasis vokasi berdasarkan potensi daerah. UNY sebagai salah satu basis penghasil pendidik bidang vokasi tentu memiliki peran strategis, tetapi sekaligus menjadi tantangan, bahan kajian dan pemikiran guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai tuntutan lapangan”, tambah Paristiyanti.
“Namun bila melihat kiprah UNY yang terus aktif meningkatkan diri serta terus mengembangkan jaringan internasional bahkan menorehkan prestasi-prestasi yang gemilang di kancah internasional maka saya yakin kampus ini bisa segera menjadi salah satu kampus berbasis vokasi bertaraf dunia,” harapnya.
ICVET 2016 UNY juga menghadirkan pembicara tamu seperti Prof. Dr. Pascal Marquet dari Strasbourg University, Perancis, yang berbicara mengenai perkembangan ICT dalam pendidikan vokasi, lalu Dr. Michael Grosch dari Karlsruhe Institute of Technology, Jerman, tentang pengembangan draf kompetensi terstandar untuk pengajar pendidikan vokasi ASEAN.
Serta Tony Borkett, Manager Technical Training and Development dari PT Thiess Contractor yang akan membeberkan mengenai peran sektor swasta dalam pengembangan kompetensi pada pendidikan vokasi, juga Prof. Soenarto, Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang akan menyampaikan tentang peran pendidikan vokasi dalam perkembangan ekonomi dan ketenagakerjaan di era MEA.
Sementara itu Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dalam opening remark-nya menuturkan bahwa ICVET adalah forum untuk kemajuan pendidikan kejuruan maupun vokasi di Indonesia. “Dengan melibatkan praktisi, akademisi dan sektor industri, agenda ini diharapkan mampu memberikan terobosan dan pembaharuan untuk pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia karena bidang ini lah yang sangat diharapkan untuk memenangkan persaingan di era MEA,” imbuh Rektor UNY.
“Pertumbuhan ekonomi di suatu negara tergantung pada perkembangan sektor industrinya dimana industri membutuhkan tenaga kerja terampil dan tidak bisa dipungkiri bahwa tenaga-tenaga kerja Indonesia bertumpu dari pendidikan vokasi atau kejuruan. Karenanya pendidikan vokasi sangat penting makna dan posisinya dalam pembangunan ekonomi bangsa ini,” tutup Rektor UNY. (haryo)