Berbusana kebaya orange, gadis itu duduk bersila. Tangannya mulai memegang gunungan tanda acara akan dimulai. Alunan gending gamelan menggema dan suara mungilnya mulai mementaskan lakon “Gathotkaca Senopati”. Inilah adegan dalam pentas Festival Dalang Cilik (FDC) VI yang diadakan oleh Museum Pendidikan Indonesia UNY. Gadis bernama Elvia Trisniawati tersebut adalah salah satu peserta FDC VI yang berasal dari Blora. Putri ketiga pasangan Suroso dan Sujiyati tersebut mengaku telah mempersiapkan diri dengan berlatih mendalang di Sanggar Yudhistira Blora. Sujiati menceritakan bahwa minatnya dalam perwayangan telah nampak sejak masih kecil. “Elvia membeli wayang-wayangan dan dimainkan di rumah” kata Sujiati. Siswa kelas 6 SDN 2 Kemiri Blora tersebut juga pernah ikut Temu Dalang Bocah Nusantara 6 di Surakarta dan mengikuti Festival Dalang Cilik Kab. Blora tahun 2015.
Festival Dalang Cilik yang dibuka oleh Wakil Rektor I UNY Wardan Suyanto, Ed.D tersebut diselenggarakan mulai Minggu hingga Kamis 1-5 Mei 2016. Diikuti oleh 45 peserta, dengan rincian 27 dalang cilik usia SD dan 18 peserta usia SMP dengan dua gaya pedalangan yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Menurut Ketua Panitia FDC VI Abdul Manaf, MT kegiatan ini selain untuk merayakan Dies Natalis UNY ke-52 juga untuk melestarikan budaya melalui pementasan wayang. “Yang tidak kalah penting juga adalah untuk pendidikan karakter anak” tuturnya. Juri yang menilai adalah Prof. Suminto A. Sayuti, Prof. Suwardi dan Iswahyudi, M.Hum. Menurut Prof. Suwardi dalam FDC ini ada 4 kriteria yang dinilai yaitu antawacana, cerita, sabetan dan iringan. “Antawecana adalah percakapan pada pentas wayang tersebut” ungkapnya “Bisa berupa dialog, atau bahasa isyarat lainnya”. Gaya pedalangan dan garap gendhing tidak termasuk dalam penjurian.
Dalam kesempatan ini, FDC juga dikunjungi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung Drs. Suharno, M.Pd dan rombongan yang memberi dukungan pada 3 orang wakilnya, yaitu Muhammad Ferdan Tauladan, Hazel Abirama Arrafi dan Muhammad Rafi Nur Fauzi. Drs. Suharno, M.Pd mengatakan bahwa kunjungannya ke FDC kali ini selain untuk memberi dukungan pada wakil dari Tulungagung juga untuk memantau perkembangan perwayangan. “Di Tulungagung pentas wayang masih digemari” kata Drs. Suharno, M.Pd “Bahkan pentas wayang pun ada hampir tiap hari”. Beliau mengisahkan bahwa ada salah satu tokoh kesenian wayang dari Banyuwangi Jawa Timur yang enggan kembali ke daerahnya dan memilih untuk menetap di Tulungagung karena frekuensi pentas wayang yang cukup tinggi. Dalam FDC kali ini Muhammad Ferdan Tauladan membawakan lakon Ekoloyo Kromo, Hazel Abirama Arrafi mementaskan Ramabargawa Gugur dan Muhammad Rafi Nur Fauzi mementaskan Salyo Gugur. (dedy)