Mengenakan seragam batik dengan rok hitam dan kerudung, Novi Dwi Astuti menempuh perjalanan menuju tempat kerjanya, sebuah toko di Bantul. Menurutnya ada 3 shift dalam bekerja. Pagi pukul 08.30-17.00, siang jam 12.30-21.00 dan shift pagi siang (PS) jam 08.30-21.00 namun ada jam istirahat yaitu antara pukul 12.30 hingga 16.30. Dia menjadi penjaga counter baju di toko tersebut. Namun itu semua adalah masa lalunya. Gadis warga Gedongan, Srigading, Sanden, Bantul tersebut telah diterima menjadi mahasiswa di prodi PGSD FIP UNY. Hebatnya, mantan pelayan toko tersebut bisa meraih indeks prestasi yang cukup tinggi yaitu 3,97.
Kecerdasan Novi terlihat sejak masih duduk di sekolah, selalu masuk the best ten di sekolahnya. Bahkan saat menuntut ilmu di SMPN 1 Sanden Bantul bisa masuk ke kelas bilingual. Yang mengenaskan, setelah lulus dari SMP hampir saja Novi tidak bisa melanjutkan ke SMA karena ketiadaan biaya. Untunglah ada tetangga yang kebetulan juga guru di salah satu SMA di Bantul mau membiayainya bersekolah. Akhirnya gadis kelahiran Bantul 29 November 1996 ini diterima di SMAN 2 Bantul. Lagi-lagi karena prestasinya, dia bisa masuk ke Kelas Cerdas Istimewa di sekolahnya, sehingga terbebas dari kewajiban membayar SPP.
Orang tuanya, Gitono dan Sartiyah berprofesi sebagai buruh bangunan dan buruh tani. Gitono mengatakan bahwa sejak kecil Novi tidak pernah meminta uang saku pada orang tuanya. “Saya mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan, namun saya tidak punya biaya” kata Gitono “Alhamdulillah dia mendapat beasiswa bidikmisi”. Sartiyah mengisahkan bahwa saat duduk di SMA, Novi lolos menjadi finalis Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten Bantul, dan memperoleh hadiah uang tunai Rp. 2.500.000,-. “Uang itu dia berikan pada suami saya yang sedang memperbaiki rumah kami, untuk membeli semen” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Selain pernah menjadi finalis OSN, Novi juga pernah menjadi juara 2 Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar se-Kabupaten Bantul. Prestasinya selama sekolah membuahkan hasil, Novi diterima di UNY lewat jalur SNMPTN di prodi PGSD yang menjadi favorit siswa. “Saya memilih belajar pada malam hari antara pukul 24.00 – 01.00” katanya “Karena jika sepi maka ilmu mudah masuk”. Setelah diterima di UNY Novi selalu aktif di kelas dan apabila ada tugas kuliah langsung dikerjakan agar tidak menumpuk. Bendahara Karang Taruna Dusun Gedongan tersebut mengungkapkan bahwa dia juga banyak membaca sehingga bisa aktif dalam diskusi kelas. Novi menargetkan bahwa selama kuliah di UNY dia bisa lulus dalam waktu cepat dengan indeks prestasi yang tinggi. (dedy)