ASEAN Community atau masyarakat ASEAN sudah di depan mata. Dalam beberapa tahun kedepan kita harus siap dengan arus tenaga kerja dari negara-negara ASEAN yang akan masuk ke Indonesia. Persaingan semakin ketat, setiap orang ditantang untuk memiliki skill yang mumpuni di bidangnya masing-masing agar tidak tergilas oleh tuntutan zaman. Pemuda sebagai ujung tombak peradaban bangsa juga dituntut untuk dapat menunjukan perannya dalam pembangunan negeri ini dan membangun hubungan baik dengan negara lain.
Mengangkat tema Rebuilding Youth Diplomacy Strengthening ASEAN Connectivity, Nusantara Young Leader (NYL) sebuah lembaga non-pemerintah menyelenggarakan sebuah acara bertajuk South East Asia Leader Summit (SEAL-S) di Surabaya, bertempat di Fave Max Hotel Surabaya (8-11/2).
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Anis Nur Fatimah berkesempatan untuk mengikuti acara tersebut. “Untuk dapat mengikuti SEAL-S di Surabaya peserta harus menulis essay dalam bahasa Inggris yang terbagi dalam beberapa cluster seperti sociocultural, politics, economics dan technology. Karena saya mempelajari bahasa dan juga sedikit banyak menyangkut budaya maka saya menulis essay dalam lingkup sociocultural.” jelas Anis.
Lanjut Anis, SEAL-S memiliki tujuan untuk mengundang pemimpin-pemimpin muda kawasan Asia Tenggara untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membangun ulang diplomasi kepemudaan melalui ASEAN connectivity, menyediakan forum kepemudaan untuk berbagi ide dan aksi nyata satu sama lain untuk masa depan ASEAN yang lebih baik dan menyediakan platform yang kuat sebagai mitra pemerintah untuk bekerja bersama untuk mencapai konektivitas ASEAN.
“South East Asia Leaders Summit (SEAL-S) 2016 bertujuan untuk memanggil pemuda-pemuda di ASEAN untuk bekerja di bawah semangat kebersamaan untuk memperkuat konektivitas ASEAN. Kegiatan ini terdiri dari international workshop, roundtable discussion, essay presentation, SEAL-S Declaration, pertunjukan budaya dan city tour. SEAL-S memberikan kesempatan pada pemimpin-pemimpin muda Asia Tenggara untuk mengemukakan ide mereka menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan,”imbuhnya.
International workshop yang berlangsung pada hari kedua dibersamai oleh pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya seperti, ASEAN Youth Center, Maritime International Institute of Malaysia (MIMA) dan ASEAN Youth Friendship Network (AYFN). Malam harinya peserta melakukan roundtable discussion berdasarkan cluster yang ada. Peserta dikejutkan dengan peraturan yang diubah oleh panitia. Cluster yang didiskusikan oleh peserta tidak sesuai dengan essay yang telah mereka buat. Peserta yang menulis pada cluster ekonomi mendiskusikan permasalahan di cluster sosial budaya,begitu juga peserta yang lain. Pada awalnya semua peserta merasa bingung karena tidak memiliki cukup pengetahuan untuk berdiskusi namun ternyata ini justru menjadi tantangan tersendiri. Meski topik diskusi tidak sesuai essay yang mereka tulis, nyatanya mereka mampu berdiskusi dan merumuskan solusi-solusi untuk berbagai permasalahan di lingkup ASEAN dari berbagai lini.
Setelah mengikuti international workshop dan roundtable discussion, peserta dimanjakan dengan city tour di hari ketiga. Mereka mengunjungi dua tempat penting dan bersejarah di Surabaya yaitu Gedung Grahadi dan Monumen Jalasveva Jayamahe.
Dari kegiatan ini peserta dapat memetik pelajaran bahwa tidak hanya diplomat saja yang menjadi duta bangsa di Negara lain, tapi justu kitalah para pemuda yang menjadi duta dalam menjalin hubungan dengan masyarakat di Negara lain.
“Bagi saya, tema SEAL-S untuk membangun diplomasi dengan negara lain tidak hanya berlangsung dalam 4 hari itu. Justru, diplomasi itu berlangsung setelah 4 hari itu. Saya merasa seperti agen bangsa saat menjelaskan Indonesia terutama Yogyakarta pada peserta yang berasal dari Vietnam,” Papar Anis. (Anis Nur Fatimah)