Tangan mungilnya memasang cetakan di tanah, lalu memasukkan tanah liat basah kedalamnya hingga padat, diratakan, diciprati air dan diangkatnya cetakan itu. Selesailah sudah proses pembuatan batu bata, tinggal mengeringkan di bawah sinar matahari. Inilah aktivitas keseharian Ettikasari. Walau beraktivitas sebagai pembuat batu bata namun prestasi akademiknya tidak bisa dipandang sebelah mata, terbukti dengan diterimanya dia di prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY sekaligus meraih beasiswa Bidikmisi.
Gadis kelahiran Klaten 23 Desember 1994 tersebut berkisah bahwa sejak di bangku SMP telah membantu orang tuanya membuat batu bata. Hal itu berlangsung hingga pada saat telah menempuh bangku kuliah. “Setelah kuliah, saya hanya bisa membantu orangtua saat libur di rumah” kata Tika, sapaan akrabnya. Ayahnya, Suripto, memang bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata. Demikian pula ibunya, Sarmini. Suripto mengatakan bahwa sebelumnya dia pernah berdagang es krim di Jakarta dan sekarang membuat batu bata di desanya. Bahan baku pembuatan batu bata yaitu tanah liat dibeli dari tempat lain dengan harga Rp. 150.000,- untuk satu bak pick-up dan bisa menghasilkan 1000 buah batu bata yang laku dijual Rp. 500.000,- setelah melalui proses pembakaran. “Tapi ada juga yang saya jual dalam keadaan belum dibakar” ungkapnya “Namun hanya laku Rp. 250.000,- per 1000 buah”.
Menurut Tika, pada awalnya dia tidak berniat untuk kuliah mengingat keterbatasan ekonomi keluarganya. Karena kepandaiannya, selama menuntut ilmu di SMKN 1 Klaten, warga desa Ngunut, Kelurahan Brangkal, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten tersebut memperoleh beasiswa dari Titian Foundation. “Saya diberi motivasi oleh alumni Titian agar melanjutkan kuliah” kata Tika “Bahkan juga dibiayai untuk ikut bimbingan belajar”. Tika juga didorong untuk mendaftarkan kuliah dan berupaya mendapatkan beasiswa bidikmisi. Sarmini menuturkan bahwa pada saat Tika kelas 2 SMK pernah mengutarakan keinginannya untuk kuliah. “Saya bingung saat itu karena keterbatasan ekonomi, namun suami saya mendorong keinginan Tika untuk kuliah. Alhamdulillah dia berhasil mendapatkan bidikmisi” kata Sarmini.
Di bangku kuliah, prestasi Tika cukup membanggakan. Aktivis UKM Penelitian UNY dan Himpunan Mahasiswa Administrasi Pendidikan FIP UNY tersebut berhasil meraih indeks prestasi kumulatif 3,71 dan menghasilkan beberapa karya Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), diantaranya berjudul Analisis Kesejahteraan Keluarga TNI di Daerah Sribit Wonosobo dan Pembuatan Movable Book Sebagai Media Pembelajatan Kreatif di TK. “Buat saya, aktif di kegiatan kemahasiswaan itu mengasyikkan, karena ada tantangannya” kata Tika “Seperti manajemen waktu, membuat prioritas mana hal yang harus dikerjakan lebih dahulu, dan sebagainya”. Menurutnya, dalam berorganisasi tidak boleh melupakan tugas utama yaitu belajar. Gadis yang selalu meraih ranking pertama sejak sekolah dasar tersebut juga meraih juara II Mahasiswa Berprestasi Tingkat Jurusan pada tahun 2014 dan 2015.
Sekarang Tika sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang menurut rencana akan dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kab. Klaten serta KKN, sekaligus mempersiapkan skripsi sebagai tugas akhir menempuh perkuliahan di UNY.(Dedy)