Upik galau. Impiannya untuk melanjutkan studi mungkin tidak terwujud. Orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membayar SPP di perguruan tinggi. Bapaknya, Ahmat Zaenudin hanya seorang buruh tani yang seandainya diukur dengan masa kerja PNS seorang guru S1 sudah hampir memasuki masa pensiun. Ibunya, Marsiyah, hanya seorang ibu rumah tangga yang sering kali harus membantu suaminya menggarap sawah. Pekerjaan menjahit sesekali diterima Marsiyah setiap musim tahun ajaran baru menjelang. Lain dari itu, sepi pesanan. Usaha Upik untuk lulus seleksi melalui jalur SNMPTN saat itu pun tak membuahkan hasil. Upik pun terpaksa mengalah pada kenyataan. Selepas lulus SMK, merantaulah dia ke Bekasi, menjadi buruh di sebuah pabrik plastik. Kehidupan pun terus berlanjut.
Itu kisah Titik Ulfatun hampir 5 tahun lalu. Kini, gadis yang disapa Upik di keluarganya itu telah lulus dari Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) UNY. Seperti tak terpengaruh dengan jeda bekerja selama setahun, Upik mampu mempertahankan prestasinya hingga ke bangku kuliah. Dia dinobatkan sebagai lulusan dengan IPK tertinggi pada upacara Yudisium FE UNY periode Januari 2016 dengan IPK sebesar 3,90, Jumat (29/1) lalu di Auditorium FE UNY.
“Di sela saya bekerja di pabrik plastik itu, saya masih berkomunikasi dengan guru BK dan adik kelas. Sambil mempersiapkan SNMPTN jalur Tes Tertulis (kini bernama SBMPTN-red), saya mempelajari materi-materi yang sebagian besar merupakan kurikulum SMA. Saya pun akhirnya bisa lulus seleksi Beasiswa Bidik Misi dan diterima di Prodi Pendidikan Akuntansi FE UNY,”tutur lulusan SMK N 2 Purworejo 2011 ini.
Setelah berganti status sebagai mahasiswa, Upik memanfaatkan momen tersebut untuk mengembangkan diri. Berkiprah di Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakultas Komunitas Riset dan Penalaran (UKMF KRISTAL) FE UNY, Upik mengawali karir non akademiknya sebagai Sekretaris 2 di tahun 2013. Karirnya terus menanjak menjadi Sekretaris 1 di tahun berikutnya dan akhirnya menjadi Ketua pada 2015 lalu.
Baginya, bangku kuliah adalah kesempatan emas untuk mengasah berbagai kemampuan. “Berbeda dengan saat sekolah yang waktu belajarnya sudah ditentukan secara pasti, kuliah jauh lebih fleksibel. Ada banyak waktu luang. Sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Apalagi di luar sana banyak yang juga ingin merasakan bangku kuliah tetapi tidak bisa,” tambah Upik yang bercita-cita menjadi guru ini.
Sebagaimana dilaporkan Wakil Dekan I FE UNY, Prof. Sukirno, Ph.D., pada periode Januari ini, FE UNY meluluskan sebanyak 57 orang yang terdiri dari 34 orang S1 Kependidikan, 20 orang S1 Non Kependidikan, dan 3 orang dari Program D3. “Jangan cepat puas bagi yang masa studinya sebentar, dan jangan berkecil hati bagi yang masa studinya lama. Masa studi bukan jaminan kesuksesan seseorang. Khoirunnaas anfa’uhum linnaas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain. Mari perindah negeri ini dengan kontribusi terbaik kita,” pesannya. (fadhli)