Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

TIGA HARI MENUJU LONG TITI

$
0
0

Perjuangan guru Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) tidak hanya semata berkutat pada proses pembelajaran siswa saja. Perjalanan menuju tempat tugas pun merupakan kisah tersendiri. Seperti yang dialami Doni Eko Nurcahyo dan Boby Firma Oktavia. Kedua guru SM3T UNY tersebut menempuh perjalanan tiga hari agar sampai di tempat tugasnya di Desa Long Titi, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara dengan menggunakan bebagai cara. Menurut Doni Eko Nurcahyo, Desa Long Titi untuk pertama kalinya mendapat guru SM3T. “Sebelum berangkat ke desa tersebut kami belanja sembako dan perlengkapan yang diperlukan” katanya. Mereka ditempatkan di SDN 002 Sungai Tubu Desa Long Titi hingga Agustus 2016.

Hari pemberangkatan telah tiba. Doni dan Boby bersiap mengenakan kaos untuk lapangan, topi SM-3T dan pelampung dari UNY. Kepala Sekolah SDN 002 Sungai Tubu Markus Apon menyarankan agar membawa barang bawaan ke Long Titi secukupnya saja, baju dinas batik dan kaos. Tidak perlu bawa sepatu pantovel serta seragam pramuka karena keadaan disana tidak seperti di kota dan tidak ada pramuka. Mereka dibersamai para guru SD Long Titi yaitu Pak Hasan, Pak Yusten, Pak Markus serta Pak Lay sebagi mentoris ketinting. “Kami berangkat menggunakan kentinting, perahu kecil yang muat maksimal 6 orang” ujar Doni. Pada mulanya alumni prodi PGSD UNY tersebut merasa senang, namun pada pertengahan jalan mulai banyak arus sungai yang deras dan ketinting mulai melawan derasnya arus sungai. Hampir setiap 10 menit sekali mereka melewati derasnya aliran sungai dengan dibantu menggunakan dayung oleh Pak Yusten serta bambu oleh Pak Hasan untuk mempermudah jalannya ketinting di sungai. Apabila arus terlalu deras karena ada batu besar, mereka harus turun dan berjalan kali. “Waktu pertama kali turun dari ketinting, saya dan Doni pun kaget karena harus naik batu seperti panjat tebing sambil membawa barang kami masing-masing yang berat.” kata Boby Firma Oktavia “Sungguh melelahkan dan membuat pundak kami pegal-pegal semua”. Kejadian ini berlangsung sebanyak 6 kali, naik-turun tebing dan yang paling tidak disangka saat harus menghindari derasnya air sungai. Penumpang turun dari perahu kecuali Doni yang disuruh duduk oleh Pak Markus di tengah untuk menjaga keseimbangan perahu, sedangkan yang lainnya menarik perahu sampai tengah sungai yang lebih dalam. Setelah berhasil menarik perahu, kami melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan hari pertama yaitu Desa Kuala Rian pukul 17.00 WITA.

Hari berikutnya Doni dan Boby menempuh perjalanan dari Desa Kuala Rian menuju ke Long Tepuh dengan berjalan kaki. Mereka hanya bisa membawa 1 tas gendong yang berisi baju batik 3 stel, kaos secukupnya dan sepatu cat serta perlengkapan lain yang dibutuhkan selama 4 bulan karena tidak ada bantuan kurir yang membawakan. Setelah sarapan dan membawa bekal secukupnya, rombongan mulai berjalan kaki seharian ke Desa Rian Tubu atau sering disebut daerah Long Tepuh. “Semula kami kira hanya melewati hutan yang datar-datar saja” kata Doni “Tapi kenyataannya kami menaiki bebatuan, melewati anak sungai, menyeberang sungai, naik gunung dan turun gunung”. Ditengah perjalanan, mereka istirahat makan siang di pondok pejalan kaki yang melewati hutan menuju Long Tepuh. Usai maka siang, medan yang dilalui adalah naik 2 puncak gunung yangcukup melelahkan.  Rombongan tiba di Long Tepuh sekitar pukul 14.00 WITA.  “Kami langsung ganti baju yang basah kuyup kemudian mandi di sungai” kata Boby. Mereka menginap di rumah salah satu Guru PNS di SDN 003 Sungai Tubu.

Di hari ketiga perjalanan menuju ke Long Titi diawali dengan berjalan kaki juga. “Kami diberi tongkat oleh Pak Markus untuk membantu saat perjalanan” kata Doni “Ternyata benar tongkat itu sangat membantu dalam berjalan terutama saat menyeberangi sungai”. Pada perjalanan hari ketiga ini mereka harus mendaki gunung yang benar-benar tinggi hingga 4 buah gunung yang harus dilewati. Kali ini mereka hanya membawa tas berisi makanan, minuman dan baju ganti saja karena barang-barang yang lain akan dibawakan oleh orang Dayak sampai Desa Long Titi. Mereka juga harus melewati gunung dan menyeberangi sungai yang deras. Bobi yang sempat tertidur selama 15 menit tertinggal. Namun karena ada jejak kaki para rombongan, dia mengikutinya. Akhirnya sore hari para guru SM3T UNY telah sampai di Long Titi dan diantarkan ke mess dekat sekolah SDN 002 Sungai Tubu Desa Long Titi. (dedy)

 

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles