Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya sandang, papan, dan pangan. Manusia lebih dimudahkan dengan adanya fasilitas yang dulu pada tahun 1990-an masih menjadi barang mewah ini. Seperti halnya telekomunikasi nirkabel, internet memiliki banyak dampak positif, dan juga dampak negative. Internet bisa menjadi “senjata makan tuan” apabila tidak digunakan secara bijak. “Terlebih di era media sosial ini, sering tidak disadari bahwa kita meletakkan informasi pribadi di salah satu media sosial, dapat memancing pihak lain untuk berbuat buruk pada kita,” ungkap Pratama Dahlian Persadha, S.Sos., M.M. dalam Stadium General yang bertajuk Internet of Things (IoT) Menuju Pembelajaran yang Menginspirasi, Selasa (22/12/2015) di Jurusan KTP FIP UNY.
Lebih lanjut pria kelahiran Cepu ini menjelaskan mengenai Internet of Things, atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Adapun kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata. “Contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa saja, termasuk benda hidup yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor yang tertanam dan selalu aktif,” tambahnya.
Pria yang merupakan founder dan Chairman CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini menambahkan IoT dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh alat pacu jantung, manajemen pencahayaan ruang, sensor kebakaran, system keamanan yang terintegrasi dengan internet sehingga bisa dipantau dari jarak jauh. Demikian ungkapnya di hadapan 250 audience yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ini.
“Banyak manfaat yang didapatkan dari Internet of Things. Pekerjaan yang kita lakukan menjadi cepat, mudah, dan efisien. Kita juga bisa mendeteksi pengguna dimanapun ia berada. Sebagai contoh barcode yang tertera pada sebuah produk. Dengan barcode tersebut, bisa dilihat produk mana yang paling banyak terjual dan produk mana yang kurang diminati. Selain itu dengan barcode kita juga bisa memprediksi produk yang stoknya harus ditambah atau dikurangi. Dengan barcode kita tak perlu susah- susah menghitung produk secara manual,” tambahnya lagi. (ant)