Berbagai fenomena unik banyak ditemukan di dalam kawasan karst. Salah satunya adalah berbagai bentuk kehidupan yang ada di dalam kawasan karst baik di permukaan maupun di dalam gua. Kehidupan di dalam gua merupakan salah satu obyek yang menarik untuk diteliti seperti keanekaragaman biota gua maupun bentuk-bentuk adaptasi berbagi biota di lingkungan gua yang gelap total sepanjang masa. Lingkungan gua yang khas dengan sumber energi yang minim, kondisi mikroklimat yang relatif stabil dibandingkan lingkungan luar gua, kelembaban yang relatif tinggi merupakan rumah berbagai biota yang unik dan khas.
Hal tersebut dipaparkan oleh Dr. Cahyo Rahmadi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong pada Seminar Nasional Biologi yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY dengan tema “Pendekatan Biologi dalam Pendidikan Lingkungan untuk Menjaga Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan” baru-baru ini dikampus setempat. Pembicara lain dalam seminar tersebut yaitu Prof. Dr. Wuryadi, MS dari UNY dan Dr. Endang Semiarti dari UGM.
Lebih lanjut dijelaskan, keberadaan kawasan karst saat ini semakin terancam. Di Pulau Jawa tercatat sedikitnya ada puluhan rencana pendirian pabrik semen yang memerlukan batu gamping sebagai bahan utamanya. Rencana pendirian pabrik semen ini adakalanya tidak melalui kajian kelayakan lingkungan yang sesuai kaidah ilmiah. Beberapa aspek penting seperti aspek biotis hanya menjadi pelengkap dokumen Amdal yang tidak bermakna.
“Selain rencana pembangunan pabrik semen, pemanfaatan kawasan karst dan gua banyak menyebabkan ancaman yang sangat serius bagi keberadaan ekosistem karst dan gua. Sebagai contoh wisata alam Gua Pindul (Gunung kidul) yang menurut data pada hari libur mencapai lebih dari 400 pengunjung di mana pendapatan per tahun sudah menyentuh angka milyaran. Namun sayangnya, pemanfaatan untuk wisata gua ini tidak diiringi dengan kajian yang layak untuk menentukan daya dukung lingkungannya,” tegas Cahyo.
Ancaman yang semakin besar terhadap kawasan karst ini memerlukan peran para biolog untuk mengungkap semua potensi yang ada khususnya potensi keanekaragaman hayati. Beberapa topik penelitian biologi untuk mengungkap misteri kehidupan di gua dan karst juga menjadi peluang tersendiri untuk para biolog berperan aktif untuk menyelamatkan karst dari kerusakan.
Ditambahkan, universitas-universitas di Indonesia yang memiliki program studi biologi harus mulai melihat potensi karst dan gua di Indonesia sebagai peluang untuk dikembangkan sebagai sebuah potensi obyek penelitian dan sekaligus menjajaki mata kuliah biologi gua (biospeleologi) sehingga banyak mahasiswa mengenal sisi lain gua dan karst di Indonesia. (witono)