Pendirian Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah proses panjang di mana pada saat itu kehidupan kemahasiswaan terkontaminasi dengan politik. Untuk itu Lafran Pane terinpirasi untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam. Tujuannya adalah untuk mempertahankan NKRI, mengangkat derajat rakyat Indonesia serta mengembangkan ajaran Islam di kalangan mahasiswa.
Demikian diungkapkan Ketua DPR RI Periode 1999—2004 Dr. Ir. Akbar Tandjung dalam Seminar Nasional bertajuk “Prof. Drs. H. Lafran Pane Dalam Pusaran Sejarah Perjuangan Bangsa” di Ruang Sidang Rektorat UNY, Rabu, 11 November 2015. “Lafran Pane memiliki komitmen keindonesiaan yang kuat,” kata Dr. Ir. Akbar Tandjung. Hal ini nampak saat Lafran Pane mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 di tengah kehidupan organisasi mahasiswa yang tidak nampak spirit keagamaannya.
Menurut Ketua DPR RI Periode 1999—2004 tersebut, sejak semula Lafran Pane akan menjadikan HMI sebagai organisasi independen yang tidak berafiliasi pada paham nasionalis, komunis, maupun sosialis. “Beliau adalah tokoh yang punya peranan sejarah dan telah menghasilkan pemimpin-pemimpin bangsa,” paparnya. Dr. Ir. Akbar Tandjung menambahkan bahwa pada pertengahan tahun 1960-an sekitar 70% mahasiswa Indonesia telah bergabung di HMI.
Seminar nasional yang diselenggarakan dalam rangka memperjuangkan Prof. Drs. H. Lafran Pane menjadi pahlawan nasional tersebut digagas oleh Keluarga Alumni HMI (Kahmi) bekerjasama dengan UNY. Dalam sambutannya Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh a-historis, dengan demikian Lafran Pane yang telah melahirkan HMI ini harus terdokumentasikan secara sejarah.
“Dan para penerusnya punya tanggungjawab secara moral untuk meneruskan perjuangan beliau,” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. Sedangkan Sekjen Kahmi Ir. Subandrio mengatakan bahwa seminar nasional ini merupakan keputusan Munas HMI yang mengikhtiarkan agar Prof. Drs. H. Lafran Pane bisa menjadi pahlawan nasional, dan seminar ini akan dilaksanakan pada 18 tempat yang lain di Seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2015. Seminar dibuka dengan pemukulan gong oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Untung Suparyadi, M.M. mewakili Gubernur DIY.
Prof. Dochak Latief dalam paparannya mengetengahkan bahwa Lafran Pane memiliki kepribadian yang utuh, punya integritas dan istiqomah sepanjang hidupnya dalam pusaran kehidupan masyarakat bangsa yang semakin sulit mempertahankan kepribadian seorang muslim yang intelek sebagaimana dicita-citakan sejak proses menggagas berdirinya HMI hingga wafatnya beliau. “Prakarsa mendirikan HMI merupakan cita-cita besar yang mulia,” ungkap Prof. Dochak Latief. “Walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu yang panjang, penuh tantangan dan pergulatan pemikiran serta diperjuangkan dengan gigih.”
Menurut Rektor UMS periode 1996—2004 tersebut, Lafran Pane merupakan sosok yang konsisten, independen, berprinsip, jujur, dan sederhana. Terbukti saat beliau ditawari fasilitas oleh beberapa alumni yang sudah mapan, ditolaknya dengan halus. Sedangkan Prof. Dr. Sjafri Sairin menyebutkan bahwa Lafran Pane merupakan salah satu creative minority yang mau mengorbankan diri demi masa depan serta memicu pikiran orang untuk mengisi kemerdekaan.
“Pada saat kemerdekaan yang dominan adalah kaum bangsawan,” kata Prof. Dr. Sjafri Sairin. “Lafran Pane mengupayakan agar Islam menjadi tuan rumah.” Menurut Guru Besar Antropologi UGM tersebut Lafran Pane mengalami pendidikan di pesantren, Muhammadiyah dan Tamansiswa, dan beliau menginginkan agar Islam dapat menjadi kaum yang intelek, agamis, dan ilmiah sejajar dengan kaum bangsawan pada era awal kemerdekaan tersebut. (dedy)