Mendoan adalah makanan khas di daerah Jawa Tengah yang bisa ditemui di daerah-daerah eks-Karesidenan Banyumas, seperti Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap. “Mendo” sendiri berasal dari bahasa Banyumas yang berarti “setengah matang”. Bahan mentah dimasukkan ke dalam minyak panas dengan volume yang cukup banyak dalam durasi tidak terlalu lama. Teknik masak seperti ini memberikan hasil yang lembek, tidak garing, dan tidak terlalu matang. Ciri khas inilah yang membedakan mendoan dengan gorengan lainnya sehingga banyak dicari sebagai lauk maupun sekedar makanan ringan menemani minum teh.
Di Yogyakarta dan kota-kota di luar daerah asalnya, penjualan mendoan masih belum sebanyak makanan khas kedaerahan semacamnya seperti martabak. Bahan tempe mendoan berbeda dari kebanyakan tempe yang dijual di pasaran, dan produsennya masih sangat terbatas. Hal ini salah satu penyebab langkanya mendoan di luar daerah asal. Demi mimpi mempopulerkan mendoan, Ratih Kartika, lulusan Fakultas Ekonomi (FE) UNY pun mendirikan usaha bernama Ratu Mendoan Cilacap.
Dengan berbekal satu buah outlet berisikan etalase, kompor, banner, alas karpet, dan celemek bermotif klub olahraga FC Barcelona, Ratih selalu siap melayani para pembeli yang mampir ke outletnya di utara Indomaret Gejayan Gang Alamanda. Di banner dan gerobaknya, terpampang logo Ratu Mendoan Cilacap yang mencolok dengan ilustrasi seorang wanita berkerudung ungu dan bermahkota layaknya seorang ratu dengan kedua tangannya menyajikan sepiring mendoan. Di bawah gambar itu melintang pita ungu bertuliskan “Mendoan Mendunia”.
“Saya bercita-cita, punya outlet di luar negeri, agar mendoan bisa mendunia. Bukan cuma hotdog atau pizza yang bisa ke Indonesia, tapi mendoan juga bisa ke luar negeri,” terang Ratih menjelaskan filosofi di balik slogannya.
Ratih menceritakan, usaha ini tidak begitu saja bisa langsung berjalan. Ada banyak rintangan yang mendahului. “Selama Ramadhan kemarin, saya banyak berdoa supaya persiapan usaha saya lancar. Dan Alhamdulillah setelah lebaran ada investor dari salah satu dosen saya. Launching usaha ini saja sampai tertunda empat kali karena berbagai hal. Tapi itu tidak menyurutkan niat saya. Saya yakin bisa dan percaya Allah membantu saya,” urai gadis lajang yang diwisuda Februari 2015 dari Program Studi Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional dengan predikat cum laude ini.
“Tempe ini asli dari Cilacap dan langsung dikirim ibu saya dari sana, jadi pasti berbeda dengan tempe yang biasa. Tapi menjelang launching pertama di bulan September lalu, saya terpaksa merelakan ratusan tempe membusuk karena lokasi saya berjualan mendadak direnovasi sehari sebelum launching. Saat itu saya kemudian tetap menjalankan usaha ini dengan sistem delivery service,” ungkap putri bungsu dari dua bersaudara asal Cilacap ini.
Doa dan dukungan dari teman-teman dan keluarga membuat Ratih semangat dalam berusaha. Di sela-sela pekerjaannya sebagai seorang staf Keuangan di SDIT Luqman Al Hakim, Ratih terus bekerja keras menjalankan bisnis secara delivery order sembari mempersiapkan outlet pertamanya. Pada 17 Oktober lalu, outletnya pun akhirnya resmi dibuka. Sampai hari ke-6, outlet yang buka sejak pukul 4 sore ini selalu laris hingga terjual habis.
“Saya bermimpi untuk bisa menghajikan orang tua, dan kelak usaha saya ini menjadi suatu spiritual company yang besar,” harap perintis gerakan Sedekah Apa Saja ini.
“Sedekah Apa Saja sudah berjalan beberapa waktu dan mampu mengirim bantuan ke beberapa daerah di NTT dan Papua. Kami juga mulai merintis program Ngaji Bareng Narapidana. Bagi siapa saja yang ingin menyalurkan bantuan dan dukungan di program-program kami, bisa menghubungi 0896-8585-4555. Ratu Mendoan Cilacap juga sudah memiliki fans page FB Ratu Mendoan Cilacap, Twitter @ratumendoanclp, IG @ratumendoancilacap,” tutup Ratih. (fadhli)