“Tidak terasa waktu berjalan. Pada tahun 2015 ini, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) memasuki usianya yang ke-50. Fakultas Ilmu Sosial telah bermetamorfosis sejak dari FKIS (1965), menjadi FPIPS (1982), menjadi FIS (1999), lalu menjadi FISE (2006), dan kembali menjadi FIS pada tahun 2011. Perjalanan waktu selama 49 tahun telah menjadi batu ujian bagi fakultas ini,untuk terus menjaga eksistensinya dalam pengembangan pendidikan Ilmu Sosial berbasis ke-Indonesiaan.”
Demikian ungkap Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. dalam laporan dekan pada acara dies natalis ke-50 FIS UNY yang digelar Senin (14/9/2015) di Ruang Ki Hajar Dewantara FIS UNY. Upacara yang dihadiri oleh Rektor UNY yang pada kesempatan ini diwakilkan kepada Wakil Rektor I UNY, dekan-dekan di lingkungan UNY, Senat UNY dan FIS UNY, dosen, pensiunan, mahasiswa, serta mitra kerja FIS UNY ini menghadirkan pidato ilmiah oleh Achmad Norma Permata Ph.D. Akademisi dari Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini, memberikan pidato ilmiah dengan tajuk “Dinamika Perkembangan Studi Ilmu Sosial, Kebudayaan, dan Agama”.
Dalam laporannya, Dekan menyampaikan seiring dengan tuntutan pengembangan fakultas, Fakultas Ilmu Sosial, atas dukungan Rektor dan senat universitas, pada tahun 2015 ini, sudah banyak kemajuan dan perkembangan baik dari segi akademis, sarana dan prasarana maupun prestasi mahasiswa. Lebih lanjut, menurut pria yang juga merupakan dosen di Jurusan Pendidikan Sejarah tersebut, seiring bertambahnya usia FIS, pihak fakultas akan berupaya memantapkan langkah serta merespons gagasan yang berkembang di kalangan civitas akademika FIS.
Motivasi tersebut diharapkan mampu memperkokoh bangunan ilmu-ilmu sosial yang bercorak keindonesiaan. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, FIS telah menentukan empat mata kuliah fakulter sebagai penyangga keilmuan di tingkat fakultas.“Empat mata kuliah itu yakni: Dasar-dasar Ilmu Sosial, Teori-teori Sosial Indonesia, Filsafat Ilmu Sosial, dan Metodologi Penelitian Sosial,” terangnya.
Sementara itu, dalam pidato ilmiah Achmad Norma Permata menyampaikan agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan. Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons. Dalam kaitan ini ada juga yang mengartikan religare dalam arti melihat kembali kebelakang kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan tuhan yang harus diresponnya untuk menjadi pedoman dalam hidupnya. Jadi, budaya diperoleh melalui belajar.
Lebih tegas dikatakan, agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat. Acara dies natalis FIS UNY ini diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Dr. Marzuki, M.Ag. (Danu)