Sebelum peserta diberangkatkan ke daerah sasaran untuk melaksanakan program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), dilakukan kegiatan prakondisi yang dilaksanakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta bekerjasama dengan Akademi Angkatan Udara Adisutjipto Yogyakarta untuk membekali kesiapan peserta sekaligus sebagai seleksi kesiapan fisik dan mental. Materi yang diberikan di antaranya manajemen sekolah, pembelajaran pada kondisi khusus, posdaya, kepramukaan, P3K, UKS, pembinaan mental, kedisiplinan, pendekatan sosial kemasyarakatan, wawasan kebangsaan, bela negara, dan ketahanmalangan (survival) karena kondisi yang akan dihadapi para guru SM3T akan jauh berbeda dengan keadaan di Jawa.
Selasa 11 Agustus 2015, 400 orang peserta SM3T UNY mendapat pembelajaran survival serta ilmu membaca peta dan kompas di Ksatrian TNI AU, Sleman. Pembinaan mental ini dimaksudkan untuk membangun karakter para peserta agar memiliki karakter tangguh dan peduli terhadap sesama serta memiliki jiwa survival dan tidak mudah menghadapi persoalan hidup di daerah sasaran. Kegiatan yang dilakukan adalah praktik survival serta penyeberangan basah dan kering. Pada praktik survival di lingkungan stadion Sasana Krida TNI AU, para peserta diajari cara menaklukkan ular serta menggunakan tali temali.
Salah satu pengasuh dari TNI AU, Kapt. Kes. Santoso Wahyu mengatakan bahwa apabila ada ular melintas jangan sekali-kali bergerak karena hal itu akan memancing perhatian ular, cukup diam saja dan ular akan berlalu. “Untuk menaklukkan ular, cukup pegang buntutnya lalu diangkat,” kata Kapt. Kes. Santoso Wahyu. “Tetapi usahakan kepala ular tetap di tanah agar kalian tidak tergigit.”
Dia juga mengajarkan cara menyembelih ular, hal yang harus diingat adalah mengiris kepala ular dengan jarak sekitar 10—15 sentimeter dari ujungnya, karena bisa ular terdapat pada area tersebut. Kapt. Kes. Santoso Wahyu juga memberi ilmu yang sangat berguna dalam mengatasi kesulitan makanan di hutan. Menurutnya, jika kesulitan menentukan makanan yang dapat dikonsumsi maka lihatlah monyet. “Apa yang dimakan monyet, aman untuk kita makan,” katanya, “dan ingat, jamur hutan yang bersinar itu mengandung racun.” Sementara yang memberi pelajaran tentang ilmu membaca peta dan kompas adalah Kapt. Kes. Nur Suyamdi.
Para peserta SM3T juga berkesempatan mengikuti praktik penyeberangan basah dan penyeberangan kering. Penyeberangan kering atau disebut juga meniti dua tali diadakan di selatan kolam renang TNI AU sedangkan penyeberangan basah dilaksanakan di Segaran TNI AU. Dipandu oleh beberapa pelatih para peserta terlihat bersemangat mengikuti praktik survival ini. Salah satu peserta Sarniyanti mengaku senang ikut kegiatan survival ini sebagai bekal hidup di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Alumni Prodi Bimbingan Konseling UNS tersebut akan ditempatkan di Alor Nusa Tenggara Timur. (dedy)