Air merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk keperluan minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk suatu negara, maka semakin banyak konsumsi air bersih yang dibutuhkan. Indonesia sebagai negara kepulauan dan beriklim tropis, mempunyai banyak sumber air seperti laut, danau, dan sungai. Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memiliki curah hujan rata-rata diatas 2 meter per-tahun. Namun hingga saat ini hanya sebagian kecil dari sumber air tersebut yang sudah dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, khususnya daerah perkotaan.
Indonesia memiliki 6 persen potensi air dunia. Namun, setiap tahun Indonesia mengalami krisis air bersih secara kualitas maupun kuantitas. Diperkirakan 80 persen dari rakyat Indonesia masih mengkonsumsi air yang tidak bisa dikatakan layak dikonsumsi dan tidak layak dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, sekelompok mahasiswa UNY menelurkan gagasan untuk dapat menyediakan air minum bagi masyarakat menggunakan Hybrid Energi System. Mereka adalah Arif Dwi Hantoro dari Prodi Pendidikan Matematika, Doni Bowo Nugroho dan Cucu Cahyaningsih dari Prodi Pendidikan Fisika Fakultas MIPA serta Rizki Junianto dari Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik.
Menurut Arif Dwi Hantoro, Indonesia memiliki potensi alam seperti angin dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. “Berdasarkan data Departemen ESDM, potensi tenaga angin 9.290 GW dan potensi tenaga surya sebesar 4,8 kWh/m2 per hari” kata Arif.
Kedua sumber energi terbarukan ini dapat dimanfaatkan sebagai pasokan energi teknologi pengolahan air bersih. Sedangkan Doni Bowo Nugroho menjelaskan bahwa Hybrid Energi System ini merupakan teknologi rekayasa siklus air, “Yaitu mengubah air laut menjadi air tawar dengan menerapkan teknik destilasi” kata Doni “Metodenya, air akan diuapkan, kemudian uap akan ditangkap oleh piranti uap lalu disalurkan ke pipa kemudian ditampung ke tabung besar. Air tersebut sudah menjadi tawar.”
Kegiatan yang dilaksanakan di Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta belum lama ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam penyediaan air bersih di daerah pesisir pantai melalui pembuatan Rumah Suling Tenaga Hibrid (Ringgid).
Komponan penyusun Ringgid ini dikatakan Rizki Junianto, meliputi turbin angin generator, solar cell, regulator, baterai, pipa dan kolektor surya. Pria kelahiran Patoman 20 Juni 1993 tersebut kemudian mengungkapkan cara kerja Ringgid. Air laut di sedot dari laut menggunakan pompa dan disalurkan ke kolektor surya. “Radiasi sinar matahari memanaskan kolektor surya yang berisi air laut” kata Rizki “Setelah suhu air mencapai 700—900 C kemudian dialirkan ke bak penampungan air.”
Bersamaan dengan proses tersebut, panas matahari juga menembus kaca penutup dan mengenai permukaan plat penyerap dalam bak penampungan, maka plat penyerap akan panas, dan energi panas dari plat penyerap akan menjaga air tetap dalam keadaan panas. Air akan menguap dan berkumpul dibawah permukaan kaca penutup. Karena suhu udara di dalam bak penampungan lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, maka terjadi kondensasi yaitu uap berubah menjadi cair dan melekat pada kaca penutup bagian dalam.
Cairan tersebut akan mengalir mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk kedalam pipa, dan mengalir ke tempat penampungan air bersih untuk selanjutnya diproses dengan penyaringan atau penyulingan agar air yang dihasilkan benar-benar bersih dan tidak asam. Air bersih ini ditampung dan didistribusikan melalui pipa yang telah disediakan.
“Penggunaan Ringgid sangat tepat untuk masyarakat pesisir pantai karena terjangkau, murah, ramah lingkungan, dan teknologi yang mudah dioperasikan” ujar Rizki. Kreativitas ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) tahun 2015. (dedy)