Quantcast
Channel: Universitas Negeri Yogyakarta - Leading in Character Education
Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

MENGAJAR DI TANAH ALOR

$
0
0

“Program SM3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) mengantar saya ke Kampung Mataraben, Desa Probur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan ditugaskan pada sebuah sekolah yang baru berdiri pada Mei 2013. Di mana pun tempatnya ada sebuah tantangan bagi guru yang mengajar di sekolah baru, mulai dari keterbatasan sumber daya, baik kemampuan siswa, loyalitas guru dan karyawan, fasilitas sekolah. Apalagi sekolah ini adalah sekolah baru di daerah 3T, belum terbayang jelas kesulitan apa saja yang akan dihadapi.”

Demikian diungkapkan Anisah Sukmawati Azmi, guru SM3T angkatan IV dari UNY. Sebagai muslimah, adaptasi di Mataraben tidaklah mudah karena harus hidup berdampingan dengan anjing dan babi peliharaan orang tua asuh, kamar tanpa pintu, menyesuaikan makan makanan yang berbeda dengan biasanya, dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat yang ada.

Anisah adalah minoritas muslim, dan sebagai minoritas dia harus punya ketahanan untuk tetap eksis. “Suara azdan adalah suara yang begitu berharga di sini,” katanya. “Baru di Kabupaten Alor ini saya merasakan betapa merdunya dan betapa damainya bisa mendengar suara panggilan shalat.”

Alumni Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhamadiyah Surakarta tersebut ditempatkan di SMAN Probur. Di sekolah ini, Anisah juga diminta mengawal siswa yang akan maju dalam OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat Kabupaten Alor. Begitu mendapat amanah, Anisah teringat pada salah seorang siswa kelas XI IPA, Bartelemeos Loban dari kelas XI IPA yang biasa kupanggil Meos. Siswa inilah yang ditunjuk sebagai salah satu wakil dari SMAN Probur dalam OSN.

Setiap malam para siswa diberi les privat sampai nanti H-1 mereka diberangkatkan ke kota. Beberapa guru mata pelajaran lain beberapa hanya memberikan buku untuk siswa yang ditunjuk pelajari sendiri.  Meos datang ke rumah setiap malam, membawa buku seadanya yang dia punya dan buku yang baru kemarin ada catatan pelajaran.

“Awalnya aku bingung mana saja yang harus kudahulukan untuk kuajarkan padanya. Saya berpikir, setidaknya Meos faham bagaimana mengoperasikan angka-angka dengan berbagai bentuk kalimat matematika,” kata Anisah. “Selain itu, dia memahami dasar-dasar menghitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian pada materi-materi yang telah disampaikan.”

Pada hari yang ditunggu ternyata Kepala Sekolah menginformasikan bahwa siswa SMAN Probur meraih juara satu untuk astronomi dan juara dua untuk matematika. Perasaan bercampur dari rasa bahagia dan bangga dengan prestasi anak-anak, sekaligus berfikir bagaimana ke depannya nanti atas prestasi yang diraih.

Ini adalah sebuah tantangan baru di mana guru dan murid-murid harus lebih berusaha keras lagi untuk mempertahankan prestasi yang diraih, bukan hal yang mudah tapi yakin bahwa di mana ada usaha pasti ada jalan. “Semangat terus murid-muridku, harapan penuh untuk kalian menjadi pelangi setelah hujan di bumi Alor ini” tutup Anisah. (dedy)

Label Berita: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 3541

Trending Articles